Khofifah-Pramono Kompak, Jakarta dan Jatim Tolak Terapkan Program Barak MIliter Ala Dedi Mulyadi

Khofifah dan Pramono kompak menolak menerapkan kebijakan kontroversial Dedi Mulyadi di daerah masing-masing.

Khofifah (Tribun Jatim Network/Fatimatuz Zahroh), Dedi Mulyadi (KOMPAS.com/FREDERIKUS TUTO KE SOROMAKING) dan Pramono (Humas Setkab/Rahmat)
KHOFIFAH-PRAMONO - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri), Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (tengah) dan Gubernur Jakarta Pramono Anung (kanan). Pramono dan Khofifah kompak menolak menerapkan kebijakan pembinaan siswa nakal di barak TNI ala Dedi Mulyadi. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa memiliki jawaban yang sama dengan Gubernur Jakarta, Pramono Anung, terkait program pembinaan siswa nakal di barak militer ala Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Khofifah dan Pramono kompak menolak menerapkan kebijakan kontroversial itu di daerah masing-masing.

Keduanya mengaku memiliki cara sendiri.

Seperti diketahui, Dedi memiliki program pembinaan siswa nakal dengan mengirimnya pembinaan di markas TNI.

Setidaknya sudah ada dua markas TNI yang dijadikan lokasi pembinaan siswa bermasalah di Jawa Barat.

Kedua markas itu adalah Markas Kodim 06/10 Sumedang dan Mabes TNI Resimen Armed Purwakarta.

Khofifah

Khofifah mengatakan, tidak setuju jika melabeli anak dengan sebutan nakal.

“Ojo membanding-bandingkan rek, wes toh (jangan membanding-bandingkan, sudahlah). Ya Allah, saya itu sangat tidak setuju kalau mereka disebut anak nakal,” tegas Gubernur Khofifah saat diwawancara di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (15/5/2025), dikutip dari TribunJatim

Khofifah bahkan menegaskan, tidak ada anak nakal.

Ia juga memiliki cara tersendiri dalam memaknai terminologi kata nakal.

“Saya selalu bilang ‘N-akal’ adalah akal yang tidak terhingga. Sampean (kamu) kan tahu kita Jatim punya sekolah-sekolah taruna untuk memberi pendidikan karakter,” kata Khofifah. 

Ia kemudian menyinggung bahwa anak-anak itu lahir dalam kondisi yang suci dan sesuai dengan fitrahnya.

“Penyebutan pun menurut saya hati-hati sekali. Anak-anak itu terlahir fitroh, yang bilang siapa, yang bilang Nabi Muhammad, Rasulullah,” tegas Khofifah. 

Namun jikalau anak kemudian sikapnya berubah, maka itu menjadi tanggung jawab bersama.

Karena karakter dan sifat anak terbentuk dari banyak faktor. Terutama lingkungan. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved