Sindiran Menohok Mbah Tejo Soal Kebijakan Anak Nakal Ala Pramono, Cara Atasi Beda dari Dedi Mulyadi

Mbah Tejo itu memberikan komentar sindiran kata-kata sarkasme menanggapi kebijakan yang bakal diterapkan Pramono di Jakarta.

|
Editor: Wahyu Septiana
Kolase Tribun Jakarta/TribunJakarta, Dionisius Arya Bima Suci/Instagram @president_jancukers dan @dedimulyadi71
KEBIJAKAN PRAMONO - Kolae foto Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung (kiri), Budayawan Sujiwo Tejo (tengah), dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (kanan). Mbah Tejo itu memberikan komentar sindiran kata-kata sarkasme menanggapi kebijakan yang bakal diterapkan Pramono di Jakarta. 

Dibandingkan memasukan anak nakal ke barak militer, Chico menyebut, Pemprov DKI Jakarta lebih memilih menggunakan cara lain, salah satunya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan positif.

Sehingga para anak muda di Jakarta tak punya waktu lagi untuk melakukan kegiatan negatif seperti tawuran.

“Taman dibuka sampai malam, artinya membuka ruang bagi anak-anak untuk berkreasi di tempat yang seharusnya, termasuk perpustakaan,” ujarnya.

Tak cuma melakukan pendekatan yang humanis, Chico juga mengeklaim Pemprov DKI bakal tegas dalam menindak pelaku tawuran.

Operasi gabungan dengan melibatkan unsur TNI/Polri pun terus digencarkan di daerah-daerah rawan.

“Jadi artinya memang selalu ada koordinasi terkait operasi yang dilakukan dan memang tidak ada tempat untuk kekerasan di Kota Jakarta dan sampai hari ini (operasi penertiban) masih terus dilakukan,” tuturnya.

DEDI MULYADI GAJI WARGA - Kolase Dedi Mulyadi dan Chico Hakim. Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengklaim bisa menggaji warga RP 10 juta per KK bila menjabat sebagai Gubernur Jakarta. Orang kepercayaan Pramono Anung enggan mencemooh.
Kolase Dedi Mulyadi dan Chico Hakim.   (TribunBekasi.com/Muhammad Azzam/TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci)

Bahkan, saat ini Chico menyebut sudah ada beberapa pelaku tawuran yang ditangkap dan diproses hukum.

Hanya saja, Chico tak merinci berapa jumlah pelaku tawuran yang sudah diserahkan kepada aparat kepolisian itu.

“Harapan kami tentu apa yang menjadi operasi ini bukan hanya menangkap ayau memproses hukum, tapi juga memberikan efek jera dan efek takur atau shock therapy,” tuturnya.

“Sehingga kegiatan-kegiatan yang ilegal dan khususnya berbentuk kekerasan itu bisa dicegah,” sambungnya.

(TribunJakarta)

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f.

Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved