Demi Cari Keadilan, Ojol Asal Cimanggis Ini Pilih Off Bid Ikut Demo Ketimbang Narik Penumpang

Ratusan pengemudi ojek online (ojol) hari ini menggelar aksi demo di sekitar kawasan Patung Kuda Arjunawiwaha, Gambir, Jakarta Pusat.

TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci
Babeh Arief (51), pengemudi ojek online asal Cimanggis, Depok saat ditemui di lokasi demo ojol di kawasan Patung Kuda Arjunawiwaha, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (20/5/2025). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Ratusan pengemudi ojek online (ojol) hari ini menggelar aksi demo di sekitar kawasan Patung Kuda Arjunawiwaha, Gambir, Jakarta Pusat.

Mereka pun memilih mematikan aplikasi ojek online (ojol) atau off bid, seperti yang dilakukan Babeh Arief (51).

“Hari ini off bid dari pagi sampai (demo) selesai,” ucapnya saat ditemui di lokasi demo, Selasa (20/5/2025).

Ia mengaku ikut turun ke jalan untuk mencari keadaan lantaraan saat ini sistem yang diterapkan aplikator ojol dirasa sangat memberangkat.

Dengan kebijakan potongan 20 persen, penghasilan para pengemudi ojol pun kian menipis.

“Selama ini pemotongan 20 persen itu cukup besar buat kami. Kami minta diturunin menjadi 10 persen,” ujarnya.

Tak hanya itu, Babeh Arief turut menyoroti masalah tarif pengantaran makanan dan barang yang saat ini belum diatur oleh pemerintah.

Hal ini yang kemudian memicu pihak aplikator mengenakan regulasi semena-mena terhadap para pengemudi ojol yang mengambil orderan pengantaran makanan dan barang. 

“Argi itu sekarang cuma aplikator yang tentukan, sepihak. Kami minta pemerintah buat tetapkan argo dasarnya,” tuturnya.

Adanya layanan Paket Hemat yang dibuat pihak aplikator pun disebut Babeh Arief kian membuat pengemudi ojol menderit.

Mereka pun dikenakan tarif tertentu agar orderan yang diperoleh lancar.

“Dulu beda banget, sekarang banyak pemotongan. Malah ada layanan berbayar kayak Grab Hemat, kami disuruh bayar sampai Rp20 ribu supaya bisa dapat orderan lebih,” kata dia.

Meski tak wahib, namun para pengemudi ojol seolah dipaksa berlangganan.

Pasalnya bila tak berlangganan, maka para pengemudi ojol bakal seret mendapat orderan, baik itu mengantar penumpang, maupun barang dan makanan.

“Kalau enggak ikut, akun kita antep. Sehari cuma dapat 2 sampai 5 orderan aja. Tapi kalau ikut bisa tembus 15 sampai 20 orderan,” tuturnya.

Tak sampai di situ, Babeh Arief juga menyoroti sistem slot yang berlaku untuk mengantaran makanan.

“Tarifnya cuma Rp5.000 dan kalau enggak ikut slot, susah juga dapat orderan. Ini yang kami minta ada regulasi resmi dari pemerintah, supaya enggak sepihak oleh aplikator,” kata pria yang sudah menjadi pengemudi ojol sehak 2016 ini.

 

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved