Viral di Media Sosial

Ini Komentar Dedi Mulyadi Disebut 'Dangkal' oleh Rocky Gerung, Sambil Senyum Jalan di Tengah Sawah

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menanggapi santai kritik pedas pengamat politik Rocky Gerung.

Tangkapan layar di TikTok
DEDI MULYADI TANGGAPI ROCKY GERUNG - Pada Jumat (23/5/2025), Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menanggapi santai kritik pedas pengamat politik Rocky Gerung yang menyebutnya 'dangkal'. 

Rocky menjelaskan, Jokowi dan Dedi Mulyadi sama-sama besar lewat intensitas kemunculannya di media.

Dengan citra kesederhanaan, keduanya merebut hati masyarakat yang menontonnya.

Menurut Rocky, apa yang dilakukan Dedi Mulyadi dan Jokowi bukanlah menjual visi, melainkan penampilan atau visualisasi.

"Jadi kita lagi menonton orang jualan komoditas yang namanya penampilan, apa istilah tadi, visualisasi bukan visi," papar Rocky.

"Tapi dalam politik orang mau ukur visualisasi itu demi apa kalau visinya dangkal," lanjutnya.

Rocky pun menyontohkan apa yang menurutnya dangkal dari Dedi Mulyadi dan Jokowi.

Bagi pria yang pernah menjadi dosen filsafat di Universitas Indonesia itu, program mengirim anak nakal ke barak militer adalah kedangkalan.

Sebab, pendidikan ala TNI tidak mengajak anak berpikir, melainkan hanya pendisiplinan tubuh.

"Barak itu didisiplinkan tubuhnya. Kalau kita belajar teori-teori disiplinary society oleh Michel Foucault misalnya, fungsi barak militer mendisiplinkan tubuh bukan mengajak orang berpikir," jelasnya.

Sedangkan,bagi Rocky, kedangkalan Jokowi adalah membiarkan IQ rata-rata masyarakat Indonesia tidak bergerak dari 78 selama 10 tahun kepemimpinannya.

"Hanya dalam masyarakat yang IQ-nya 78, kedangkalan itu laku. Dan kita masih di situ. Saya masih cari-cari datanya. WHO bilang, World Bank bilang memang masih 78. Anda lihat sekarang masih 78 IQ kita selama 10 tahun Pak Jokowi, 78 terus," ujar Rocky.

"Akibatnya apa, ya kedangkalan itu laku terus," imbuhnya.

Rocky menganggap, akibat dari IQ yang tidak bertambah, adalah langgengnya masyarakat yang suka menonton kedangkalan seperti teorinya Guy Debord.

Sehingga, setelah Jokowi atau yang belakangan dikenal dengan nama kecilnya, Mulyono, bisa terbit sosok Mulyadi, atau Dedi Mulyadi.

"Jadi kita mau coba lihat bahwa Mulyono-Mulyadi sama-sama beroperasi di dalam market of stupidity (pasar kebodohan)," pungkasnya.

 

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

 

 

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved