Viral di Media Sosial

Otak Lulusan Barak Militer Ala KDM Dinilai Rocky Gerung Tak Berkembang, Kak Seto Ungkap Fakta Lain

Pemerhati anak sekaligus Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Kak Seto, menilai positif pendidikan barak militer untuk siswa nakal.

Kompas.com/Yohanes Valdi Seriang Ginta, Dok. Dedi Mulyadi dan Kompas.com/Rahel
DIAPRESIASI KAK SETO - Meski dikritik Rocky Gerung, program barak militer ala Dedi Mulyadi mendapatkan apresiasi dari pemerhati anak, Kak Seto. (Kompas.com/Yohanes Valdi Seriang Ginta, Dok. Dedi Mulyadi dan Kompas.com/Rahel). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Pengamat politik, Rocky Gerung menilai pendidikan militer untuk siswa nakal di dalam barak yang digagas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tak membuat otak menjadi berkembang. 

Namun, pemerhati anak sekaligus Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi atau biasa dipanggil Kak Seto, memberikan kesimpulan lain. 

Kak Seto sudah melihat langsung bagaimana program pendidikan di barak militer untuk siswa-siswa nakal.

"Saya melihat semua daripada saat mereka sedang dengan gembira meneriakkan yel-yel dengan gaya seperti 'maung'. kemudian saya diizinkan juga masuk ke kamar anak-anak, kamar mandinya dan sebagainya," ujar Seto Mulyadi seperti dikutip dari Trans 7 pada Jumat (30/5/2025).

Seto Mulyadi juga sempat menanyakan kepada para siswa terkait dengan cita-citanya kelak. 

"Ada yang ingin jadi dokter, lawyer, YouTuber, terakhir siapa yang mau jadi anggota TNI, itu semua sekitar 75 persen angkat tangan," katanya. 

Selain itu, program ini dinilai Kak Seto mengubah karakter anak menjadi lebih percaya diri, sehat dan tertata dalam kehidupannya. 

Namun, Kak Seto meminta orang tua siswa setelah pulang dari pendidikan di barak militer untuk membimbingnya. 

"Kesimpulannya kegiatannya positif, tetapi ini kan sementara, keluarga harus bener-bener punya perhatian menghargai setiap anak-anaknya jangan dibanding-bandingkan," pungkasnya. 

Bikin otak tak berkembang

Sementara itu, pengamat politik, Rocky Gerung, mengatakan program tersebut menunjukkan ketidakmampuan berpikir para pemimpin sehingga menghasilkan kebijakan yang konyol. 

"Jadi dalam konteks hari-hari ini ketika anak nakal itu hendak dididik di barak, orang mulai melihat ketidakmampuan berpikir dari para pemimpin yang punya usul agak konyol itu," ujar Rocky seperti dikutip dari YouTube Channelnya yang tayang pada Kamis (29/5/2025). 

Ia menjelaskan bahwa pikiran kritis itu muncul jika adanya interaksi bernalar seorang murid terhadap gurunya.

"Jadi, anak didik itu harus dari awal dinyatakan sebagai teman berpikir oleh gurunya sehingga sang anak juga menganggap gurunya teman berpikir," katanya.

"Kalau pertemanan dalam berpikir ini menjadi value, menjadi filosofi maka si anak itu tidak akan dianggap kurang ajar. Kalau dia membantah guru, justru dianggap dia bermutu karena dia berupaya untuk mendialektisir pikiran gurunya itu," tambahnya. 

Begitu pula sebaliknya, kata Rocky, jika anak terlihat hiperaktif berarti harus dibaca bahwa anak tersebut menginginkan perhatian berlebih dan harus dianggap sedang merangsang otaknya untuk berpikir. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved