Dedi Mulyadi Pamer Hidup Miris Orang Dekat Kerja Cuma Digaji Rp2 Juta,Banting Setir Jualan Bala-bala

Dedi Mulyadi pamer kehidupan miris dari sosok orang terdekatnya yakni sang keponakan yang cuma digaji Rp2 juta setiap bulan.

Editor: Wahyu Septiana
Instagram Dedi Mulyadi
DAMPAK BURUK PENAMBANGAN - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi pamer kehidupan miris dari sosok orang terdekatnya yakni sang keponakan yang cuma digaji Rp2 juta setiap bulan. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi pamer kehidupan miris dari sosok orang terdekatnya yakni sang keponakan yang cuma digaji Rp2 juta setiap bulan.

Sosok keponakan Dedi Mulyadi itu kini sedang bekerja sebagai tenaga honorer di Pemda Purwakarta.

Gaji yang diterimanya setiap bulan hanya Rp2 juta dan tak mampu menutupi biaya hidup.

Padahal sang keponakannya sudah mengabdi sebagai tenaga honorer selama kurang lebih 15 tahun.

Potret miris itu disebut Dedi Mulyadi sebagai gambaran kondisi honorer di wilayah Jawa Barat sangat memprihatinkan.

Untuk menutupi kekurangan, Dedi menyebut keponakannya sampai harus jual bala-bala.

 Hal ini dilakukan demi menutupi kekurangan dalam kebutuhan hidup.

Tanpa diduga, penghasilan daru berjualan bala-bala malah lebih besar.

Ia menyebut dalam berjualan bisa mengumpulkan uang sebanyak Rp3 juta.

“Setiap minggu dia jualan bala-bala, sekali jual bisa dapat Rp3 juta. Jadi, dalam seminggu saja, pendapatan dari jualan makanan kecil itu bisa lebih besar daripada gaji bulanannya di Pemda,” ujar Dedi Mulyadi dikutip dari Tribunnews, Sabtu (5/7/2025).

lebih Lanjut, Dedi menyoroti ketimpangan antara upah tenaga honorer dan potensi penghasilan di sektor informal, terutama kuliner UMKM.

Ia menyebut, penghasilan keponakannya dari berjualan gorengan tradisional bisa menembus Rp12 juta per bulan—enam kali lipat dari gaji honorer.

Pernyataan Dedi ini menjadi sorotan karena menunjukkan realita pahit sebagian besar tenaga honorer di Jawa Barat.

Data Badan Kepegawaian Negara (BKN) per Januari 2024 mencatat masih ada lebih dari 2,3 juta tenaga honorer aktif secara nasional, dengan mayoritas bergaji di bawah UMR.

Dedi juga menyinggung masalah pengangguran terselubung di Jabar yang terjadi karena masyarakat masih terpaku pada anggapan bahwa bekerja itu identik dengan masuk pabrik atau kantor, bukan bertani atau berwirausaha.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved