Diplomat Arya Daru Tewas di Kosan

Mantan Wakil Ketua KPK Soroti Lakban yang Lilit Kepala Diplomat Muda, Menduga Ada Pesan Simbolik

Mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menyoroti kematian Arya Daru Pangayunan, diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu).

|

TRIBUNJAKARTA.COM - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) peridode 2011-2015, Bambang Widjojanto menyoroti kematian Arya Daru Pangayunan, diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu).

Arya Daru Pangayunan ditemukan meninggal dunia di kamar kosnya di Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7/2025).

Saat pertama kali ditemukan, seluruh kepala ayah 2 anak itu terbungkus lakban berwarna kuning.

“Saat ditemukan, korban dalam posisi terbaring di atas kasur dengan kepala tertutup lakban dan tubuh tertutup selimut,” jelas Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangannya, Selasa (8/7/2025).

Kerabat Arya, Iyarman Waruwu, mengatakan hal serupa.

"(Ditemukan) dalam kondisi sudah tidak bernyawa, di dalam kamar kosannya."

"Yang bersangkutan kepalanya dililit lakban, tapi saya belum bisa memastikan itu lakbannya jenis apa. Yang jelas itu warna kuning lakbannya."

"Dan kemudian dalam posisi telentang, kakinya tertekuk, dan dibawah selimut. Jadi ketika penjaga kosan masuk, itu ditarik selimutnya," kata Iyarman dilansir Kompas TV, Selasa (8/7/2025).

Saat berbincang dengan diplomat senior di chanel YouTubenya, Bambang Widjojanto curiga sang diplomat meninggal karena dibunuh.

"Saya enggak percaya dia bunuh diri, terus terang aja, makanya saya bilang dia dibunuh," ujar Bambang Widjojanto, Kamis (10/7/2025).

Kepala Arya Daru Pangayunan terbungkus lakban, Bambang Widjojanto menduga ada pesan terselubung dari terduga pelaku pembununah.

"Ini meninggalkan misteri, karena misterinya adalah apakah penggunaan lakban itu semacam pesan yang sengaja dilempar 'eh kalau macam-macam, gue bungkam begini'? Atau situasi di mana tempat yang harusnya bisa dilacak jejak kejahatannya ini seolah-olah bersih, apakah penjahatnya profesional?" kata Bambang Widjojanto.

Mendengar pernyataan Bambang Widjojanto, diplomat senior mengaku enggan berspekulasi.

"Saat ini yang terjadi kita serahkan pada aparat, menunggu hasil autopsi, menunggu proses yang coba dikelola secara ilmu pengetahuan maupun secara objektif," ujar diplomat senior.

Bambang Widjojanto lalu menganalisa kematian lulusan UGM tersebut menggunakan teori kriminologi.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved