Silfester Matutina Hina Eks Danjen Kopassus, Anak Buah Serang Balik: Biasa Kalau Termul Kan Begitu

Pernyataan Silfester Matutina yang menyerang eks Danjen Kopassus, Mayjen TNI (Purn) Soenarko membuat anak buahnya geram. 

|
Kompas.com/Kristian Erdianto dan Kompas.com/Rahel
SILFESTER HINA SOENARKO - Staf Mayjen TNI (Purn) Soenarko, Kolonel TNI (Purn) Sri Radjasa Chandra menyerang balik Silfester Matutina yang menghina Soenarko. Menurutnya, Silfester hanya lah ternakan Mulyono alias Jokowi. (Kompas.com/Kristian Erdianto dan Kompas.com/Rahel). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Pernyataan Silfester Matutina yang menyerang eks Danjen Kopassus, Mayjen TNI (Purn) Soenarko membuat anak buahnya geram. 

Salah satu staf Soenarko, Kolonel TNI (Purn), Sri Radjasa Chandra mengatakan pernyataan Silfester yang tak berdasar itu justru hanya membuat kegaduhan. 

Ia memaklumi Silfester menyerang Soenarko karena dia salah satu termul atau ternakan dari keluarga Mulyono alias Jokowi.

Sri Radjasa juga membantah pernyataan Silfester yang menyebut Soenarko terlibat kasus makar pada tahun 2019. 

Ia memberikan klarifikasi bahwa Soenarko, kala itu, menyuarakan keadilan terhadap pemerintahan Jokowi yang tidak pro rakyat. 

Video Soenarko yang kala itu mengkritik keras pemerintahan Jokowi dan terkesan mengancam negara tersebar. 

Saat itu Soenarko menyampaikan kepada orang-orang untuk mengepung Istana Negara. 

"Nah, ini dijadikan satu dalil untuk menuntut Pak Narko melakukan makar," katanya seperti dikutip dari Hersubeno Point di YouTube pada Kamis (10/7/2025).  

Padahal, kata Sri Radja, pernyataan itu hanya lah kritikan terhadap pemerintahan Jokowi dan tidak ada hubungannya dengan perkara pilpres atau kepentingan partai politik tertentu. 

Sri Radja menjelaskan memang sudah tipikal Soenarko dalam berbicara terkesan keras.

"Tipikal Pak Narko memang ngomong seperti itu, gaya Pak Narko ngomong seperti itu jadi kalau dituduh makar aneh," jelasnya. 

Bersamaan dengan kasus makar, Soenarko juga dituduh menyelundupkan senjata. 

Padahal senjata itu didapat setelah perjanjian damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Indonesia di Helsinki, Finlandia yang kala itu Soenarko menjabat sebagai Pangdam Iskandar Muda.

Menurut Sri Radja, tiga senjata yang diberikan oleh GAM itu sudah tidak layak pakai. 

Tiga senjata itu yakni, dua jenis senjata AK-47 dan satu M16 A1.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved