SD Negeri di Trenggalek Cuma Dapat 1 Murid, Pengamat Ungkit Program Presiden Soeharto
SD Negeri 1 Kendalrejo, Trenggalek Jatim cuma mendapatkan satu murid baru. Pengamat ungkit program Presiden Soeharto.
TRIBUNJAKARTA.COM - Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Kendalrejo Kabupaten Trenggalek Jawa Timur menjadi sorotan setelah cuma mendapatkan satu murid baru.
Namun, SD Negeri 1 Kedalrejo tetap melaksanakan proses Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sejak Senin (14/7/2025).
Pengamat Pendidikan Retno Listyarti menganalisa fenomena sekolah negeri kekurangan murid.
Ia sempat mengungkit program Presiden ke-2 RI Soeharto. Retno juga memberikan contoh cara Pemprov DKI Jakarta untuk membantu sekolah yang kekurangan murid.
Retno mengakui penyebaran sekolah di Indonesia tidak merata. Misalnya, kata Retno, kelurahan yang banyak penduduk serta anak sekolah tetapi tidak ada sekolah negeri.
"Lalu ada ada wilayah yang sudah tidak ada anak -anak usia sekolah SD gitu ya. Tapi kemudian di situ tuh sudah dari dulu memang ada SD itu gitu," kata Retno dikutip dari tayangan TV One, Selasa (15/7/2025).
Retno menuturkan pentingnya pemetaan wilayah serta re-grouping. Contohnya, penggabungan SD terdekat.
"Yang muridnya itu lebih banyak dari SD yang mau digabung ini," katanya.
Kemudian, lanjut Retno, tanah SD negeri yang kosong dapat dibangung SMP atau SMA negeri.
Hal itu untuk mengatasi persoalan piramida pendidikan di Indonesia. Dimana, jenjang paling dasar yakni SD paling banyak jumlahnya. Sementara, jenjang di atas SD semakin sedikit.
"Jadi SMA dan SMK justru sangat sedikit dan kekurangan gitu. Jadi yang negeri maksud saya ya. Nah, ini mungkin memang harus diambil kebijakan bagaimana mengantisipasi atau memanfaatkan situasi ini tapi untuk pemenuhan hak atas pendidikan," kata Retno.
Menurut Retno, persoalan kekurangan murid paling banyak dialami sekolah dasar.
Persoalan itu pun harus dievaluasi. Pasalnya, hal itu akan berdampak pada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Pasalnya, kata Retno, terdapat ketentuan dari pemerintah bila murid sekolah tersebut kurang dari 60 siswa maka harus digabung dengan sekolah lain.
"Jadi pemerintahnya bisa melakukan itu dan kalau untuk sekolah swasta bahkan kalau dia di bawah 60, dia jadinya tidak bisa mendapatkan dana BOS," katanya.
Retno menuturkan persoalan tersebut harus diantisipasi. Termasuk, sekolah swasta yang juga memiliki masalah kekurangan murid.
Ia lalu mencontohkan adanya sekolah swasta di DKI Jakarta yang kekurangan murid.
"Kemudian diikut sertakan dalam PPDB bersama sekolah swasta. Jadi it untuk membantu juga sebenarnya sekolah itu tetap memiliki banyak apa murid ya dengan jumlah yang cukup karena anak-anak yang kemudian masuk ke situ dibiayai oleh APBD gitu ya," katanya.
Sementara untuk sekolah negeri, Retno Listyarti menilai pilihan merger atau grouping dengan sekolah terdekat menjadi solusi. Sehingga jumlah muridnya sesuai dengan ketentuan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.
Lalu lahan pemerintah itu, kata Retno dimanfaatkan untuk membangun sekolah negeri di jenjang di atasnya yang yang kekurangan. Karena sebenarnya jumlah SD itu kalau di seluruh Indonesia itu 77 persen memang negeri gitu. Jadi memang ini kalau SD itu terpenuhi karena dulu ada program dari Presiden Soeharto yaitu SD Inpres gitu," kata Retno.
"Jadi memang tidak heran kalau jumlah SD itu lebih banyak SD negeri. Itu sih ya. Jadi kan mengikuti ini mungkin KB berhasil bisa jadi atau di kampung itu orang merantau sehingga anak mudanya atau yang punya anak kecil tuh enggak ada tapi adanya usia-usia tua. Nah, untuk ini kan sebenarnya bisa diantisipasi ya. Betul sih ada alasan ee demografi," sambungnya.
Cuma Dapat 1 Siswa
SD Negeri 1 Kendalrejo Kabupaten Trenggalek Jawa Timur, hanya menerima 1 siswa baru.
Meski demikian proses Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tetap dilaksanakan, Senin (14/07/2025).
Kepala Sekolah SD Negeri 1 Kendalrejo Didin Luskha menjelaskan, penurunan jumlah siswa baru tahun ini disebabkan sedikitnya lulusan dari Taman Kanak-kanak (TK).
Selain itu, persaingan dengan sekolah lain di lingkungan sekitar juga menjadi faktor, SD Negeri 1 mendapat satu siswa baru.
"Untuk tahun ini kemungkinan memang dari TK itu sedikit lulusan. Dari TK di Desa Kendalrejo Kecamatan Durenan Trenggalek ada 3 siswa, itu masuk di SD Negeri lain ada 2 siswa dan yang masuk di SD Negeri 1 Kendalrejo ini kebagian 1 siswa dari TK wilayah sini," kata Kepala SD Negeri 1 Kendalrejo, Didin Luskha, Senin (14/07/2025).
Sebelumnya pihaknya sudah berupaya maksimal untuk menarik minat calon siswa baru. Berbagai upaya telah dilakukan, termasuk sosialisasi ke sejumlah TK dan pendekatan langsung ke wali murid.
Sekolah juga mengadakan acara mewarnai celengan yang melibatkan seluruh siswa TK yang ada di Desa Kendalrejo Kecamatan Durenan Trenggalek.
"Yang mana tujuan kami itu supaya kita bisa mengenalkan program-program sekolah kepada mereka, kemudian mereka agar tertarik dengan sekolah kami," terang Didin.
Bahkan dia juga melakukan pendekatan kepada wali murid, kita datangi satu per satu wali murid.
Akan tetapi mungkin mereka memang daerahnya yang tiga itu daerahnya di sekitar SD Kendalrejo 2.
"Kemudian ada yang mungkin ke Madrasah Ibtidaiyah (MI)" sambung Didin.
Persaingan dengan sekolah lain di wilayah tersebut cukup ketat.
Terdapat beberapa lembaga pendidikan tingkat SD, di antaranya SD Negeri 3 Ngadisoko, SD Negeri 2 Kendalrejo, SD Negeri 3 Kendalrejo, dan MI Kendalrejo. Jumlah siswa di kelas lain SD Negeri 1 Kendalrejo juga bervariasi. Kelas II saat ini memiliki 10 siswa, Kelas III ada 2 siswa, Kelas IV ada 7 siswa, Kelas V ada 6 siswa, dan Kelas VI ada 10 siswa.
Meski demikian SD Negeri 1 Kendalrejo berkomitmen untuk terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan guna menarik minat calon siswa.
Mereka berharap upaya ini dapat memajukan pendidikan di SD Negeri 1 Kendalrejo Kecamatan Durenan Trenggalek.
Meski tahun ajaran 2025-2026 SD Negeri 1 Kendalrejo Durenan Trenggalek mendapat 1 siswa, pelajaran tetap berjalan seperti biasa.
Meskipun ada peralihan dari Taman Kanak-kanak (TK) atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke Sekolah Dasar (SD).
Proses MPLS juga tetap dilaksanakan dengan riang gembira. Siswa satu-satunya di dalam kelas tersebut tampak mengikuti dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.
Begitu juga guru yang mengajarnya, terlihat semangat dan menjalankan proses MPLS seperti pada umumnya.
Salah satu guru pengajar SD Negeri 1 Kendalrejo menjelaskan, bahwa penggabungan kelas tidak akan dilakukan. Materi pembelajaran, fase, dan kelas akan tetap terpisah.
"Kalau digabungkan beda. Beda materi, ya beda fasenya." kata guru pengajar di SD Negeri 1 Kendalrejo Mita Purwanti.
Ditekankan, bahwa kelas 1 akan tetap kelas 1 dan kelas 2 akan tetap kelas 2, mengingat anak-anak baru saja memasuki lingkungan sekolah dasar.
Perhatian khusus diberikan pada kenyamanan anak-anak dalam proses adaptasi ini.
"Kita komunikasi juga dengan orang tua. Anaknya kita buat senyaman mungkin, kita tanya, sekarang kan bagaimana tetap harus komunikasi antara orang tua juga. Komunikasi antara guru dengan orangtua murid itu sangat penting," terang Mita.
"Karena guru itu di sekolah juga mendampingi, di rumah anak juga tetap dipasangkan ke orang tua untuk mendampingi. Jadi tetap kita ajak komunikasi, bagaimana agar anak menjadi anak yang terbaik," sambung Mita.
Sedangkan terkait kondisi satu siswa yang diajarnya, disampaikan bahwa satu siswa tersebut merasa nyaman dan tidak ada rasa takut atau malu.
"Anaknya merasa nyaman. Saya tanya, alhamdulillah tidak ada rasa takut, malu, dan anak ini berani serta percaya diri. Kan biasanya kalau pertama sekolah masih ditunggu orang tua, dan didampingi. Alhamdulillah, dari pagi saya lihat ia sendiri. Anaknya berarti berani," terang Mita.
Sementara, SDN Wayut 1 yang terletak di Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mengalami penurunan jumlah siswa baru pada penerimaan murid baru (SPMB) tahun ajaran 2025/2026.
Sekolah ini hanya berhasil menerima dua siswa baru, meskipun telah melakukan berbagai upaya untuk menarik minat calon siswa.
Kepala SDN Wayut 1, Sri Hartatik, mengungkapkan bahwa meskipun hanya mendapatkan dua siswa baru, sekolah tetap melaksanakan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) yang dimulai pada Senin (14/7/2025) dan akan berlangsung selama lima hari.
Kegiatan MPLS ini melibatkan siswa kelas dua hingga kelas enam untuk menyambut siswa baru.
“Tahun ajaran baru ini akhirnya kami mendapatkan dua siswa. Kebetulan putri semua dan untuk MPLS kami tetap mengadakan karena sistem pendidikannya sudah seperti itu,” ujar Hartatik.
Dua siswi baru tersebut terlihat antusias mengikuti kegiatan MPLS. Mereka mengenakan seragam merah putih.
Keduanya tampak serius memperhatikan materi yang disampaikan para guru.
Hartatik menjelaskan bahwa keterlibatan siswa kelas dua hingga kelas enam dilakukan karena total jumlah siswa di SDN Wayut 1 saat ini hanya 20 orang.
Diharapkan, kehadiran kakak kelas dapat memotivasi siswa baru untuk lebih semangat mengikuti MPLS hingga Jumat (19/7/2025).
“Semua siswa kami ajak ikut menyambut siswa baru agar acara MPLS lebih semarak dan bersemangat. Selain siswa, guru pendamping juga kami hadirkan di sini,” ujarnya.
Kepala sekolah tersebut juga berharap agar seluruh siswa tetap semangat belajar meskipun jumlah siswa yang mendaftar terus menurun setiap tahunnya.
Pada tahun lalu, SDN Wayut 1 menerima tiga siswa baru, sedangkan tahun ini hanya dua siswa baru yang diterima.
Hartatik memastikan bahwa seluruh siswa akan tetap mendapatkan fasilitas pendidikan yang memadai sesuai dengan kurikulum pendidikan di Kabupaten Madiun.
Ia menekankan bahwa para guru tetap berkomitmen untuk memberikan pelajaran yang berkualitas meskipun jumlah siswa terus berkurang.
“Kami berharap anak-anak tetap semangat belajar dan bisa berprestasi untuk bersaing dengan sekolah lainnya,” tutup Hartatik. (TribunJakarta.com/Kompas.com)
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.