Viral di Media Sosial
Kerja Nyaris 24 Jam, Perjuangan Anak Kuli di Kupang Tahu Adiknya Masuk UI, Suara Ibunda Bergetar
Kakak Margareta bekerja nyaris 24 jam saat adiknya diterima masuk Fakultas Psikologi UI. Anak kuli bangunan sempat dicibir guru usai masuk UI.
TRIBUNJAKARTA.COM - Kakak Margareta Tirza Manlea bekerja nyaris 24 jam saat adiknya diterima masuk Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI).
Margareta merupakan putri kuli bangunan yang resmi diterima di UI melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Di hari pengumuman, Margaret terkejut saat mengetahui dirinya dinyatakan diterima di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Mengetahui Margaret diterima di UI, kakak kandungnya langsung bekerja esktra keras mengumpulkan uang untuk ongkos sang adik ke Jakarta.
"Kakaknya kerja hampir 24 jam setelah tahu Margaret diterima UI," kata Dosen ITB Imam Santoso dikutip dari akun instagram @santosoim, Sabtu (26/7/2025).
Sedangkan, bagi kedua orang tuanya, keberhasilan Margareta adalah anugerah yang tidak pernah mereka bayangkan.
“Kami bangga. Anak kami bisa menginjakkan kaki di kampus impian. Kami hanya bisa berdoa supaya dia sukses dan bisa jadi teladan bagi adik-adiknya,” ujar sang ibu dengan suara bergetar.
Sementara, ayah Margareta yakin doa dapat membuka jalan bagi anaknya.
Margareta Tirza Manlea (18) lulusan SMA Negeri 5 Kupang, membuktikan bahwa kemiskinan bukan penghalang untuk menembus kampus terbaik di Indonesia.
“Kami tidak bisa memberi banyak, tapi kami selalu percaya bahwa doa bisa membukakan jalan,” kata ayah Margareta, Jumat (25/7/2025).
Margareta adalah putri dari seorang buruh bangunan dan ibu rumah tangga.
Sejak kecil, ia tahu bahwa keluarganya tidak memiliki banyak harta, namun mereka kaya akan doa dan harapan.
Keberanian Margareta membuat siapapun terkesima. Dengan tekad bulat, ia mendaftar SNBP diam-diam, tanpa sepengetahuan orang tuanya.
“Saya takut orang tua tidak izinkan. Mereka mungkin khawatir biaya hidup di Jakarta. Tapi saya yakin, kalau ini jalan saya, Tuhan pasti buka pintu,” ujarnya tersenyum.
Sejak duduk di bangku SMA, Margareta sudah menanamkan tekad untuk menjaga prestasi. Ia rajin belajar, meskipun sering kali harus berbagi waktu membantu orang tua di rumah.
“Waktu itu saya peringkat 6 di sekolah, dan masuk dalam siswa eligible untuk SNBP. Itu hasil kerja keras saya selama tiga tahun,” kenangnya.
Menentukan jurusan sempat membuat Margareta bimbang.
“Awalnya saya ingin kedokteran, tapi setelah banyak berpikir, saya sadar bahwa psikologi adalah minat saya yang sesungguhnya. Saya suka mempelajari manusia, pikiran, dan perasaan,” ucapnya.
Perjuangan Margareta mencuri perhatian publik setelah kisahnya viral di media sosial. Universitas Indonesia bersama Paragon Corporation pun tergerak untuk memberikan dukungan.
“Saya diberikan laptop dan dana Rp5 juta dari Paragon, bekerja sama dengan UI. Pak Agus Sudibyo dari UI juga memberi motivasi supaya saya terus berjuang,” cerita Tirza dengan mata berbinar.
Ketenaran mendadak juga membawa omongan miring. “Banyak orang bicara macam-macam, tapi saya tidak mau jatuh karena kata-kata itu. Saya hanya percaya pada doa, kerja keras, dan niat baik,” katanya tegas.
Margareta akan memulai Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPK) pada 5 Agustus mendatang. Dengan dukungan banyak pihak, ia yakin bisa menyelesaikan studinya dengan gemilang.
“Saya ingin sukses, membawa pemahaman lewat psikologi, dan suatu hari bisa kembali ke NTT untuk membantu orang lain,” ujar Margareta.
Tepat Jumat 25 Juli 2025 siang, Margareta melakukan perjalanan awalnya ke Jakarta untuk meraih dan melanjutkan pendidikannya.
Sebagai informasi, kisah gadis asal Kupang, Nusa Tenggara Timur ini sungguh mengharukan.
Perjuangannya sampai lolos Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tak main-main.
Kehidupan keluarganya yang sederhana dan tinggal di sebuah rumah kayu, membuat hidupnya dipenuhi oleh cibiran.
Mirisnya, cibiran ini justru datang dari orang terdekat, yakni guru dan warga gegera meremehkan keinginannya berkuliah di UI.
Semua kisah perjuangannya pun terkuak saat Dosen Instutit Teknologi Bandung (ITB) sekaligus influencer Imam Santoso dan dosen legendaris UI Sudibyo mendatangi langsung Margaret ke Kupang.
"Stop mimpi tinggi. Mereka mengatakan itu berulang-ulang kayak gitu," kata Margaret dikutip dari instagram Imam, Jumat (25/7/2025).
"Kamu mau ke UI bayar sekolah aja masih nunggak."
"Miskin banyak gaya, mau kuliah jauh."
Margareta terus mengusap air matanya, membuat siapa saja di sana ikut merasakan kesedihannya.
Kini, Margareta berhasil membungkam mereka yang sudah mencibirnya.
Meskipun pada awalnya ia diam-diam mendaftar Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) tepat H-2 sebelum ditutup.
Tekadnya tak padam meski cibiran silih diterimanya.
"Jadi waktu itu hampir tidak datar SNBP, h-2 penutupan jam 2 dini hari baru saya daftar," ucap Margaret.
"Saat itu saya pilih satu, hanya UI saja," imbuhnya.
Kala itu Margareta merahasiakan keputusannya ikut SNBP UI, termasuk dari orangtuanya sendiri.
"Tidak ada harapan untuk lolos, kalau teman tanya, saya jawab 'sudah daftar' saja', ditanya dimana saya diam saja," kata Margareta.
"Kalau mama nanya saya juga diam saja,"
"Enggak ada yang tahu saya daftar SNBP," imbuhnya.
Di hari pengumuman, Margareta terkejut saat mengetahui dirinya dinyatakan diterima di Fakultas Psikologi UI.
Sebagai informasi, kisah gadis asal Kupang, Nusa Tenggara Timur ini sungguh mengharukan.
Perjuangannya sampai lolos Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tak main-main.
Kehidupan keluarganya yang sederhana dan tinggal di sebuah rumah kayu, membuat hidupnya dipenuhi oleh cibiran.
Mirisnya, cibiran ini justru datang dari orang terdekat, yakni guru dan warga gegera meremehkan keinginannya berkuliah di UI.
Semua kisah perjuangannya pun terkuak saat Dosen Instutit Teknologi Bandung (ITB) sekaligus influencer Imam Santoso dan Sudibyo mendatangi langsung Margaret ke Kupang.
"Stop mimpi tinggi. Mereka mengatakan itu berulang-ulang kayak gitu," kata Margaret dikutip dari instagram Imam, Jumat (25/7/2025).
"Kamu mau ke UI bayar sekolah aja masih nunggak."
"Miskin banyak gaya, mau kuliah jauh."
Margaret terus mengusap air matanya, membuat siapa saja di sana ikut merasakan kesedihannya.
Kini, Margaret berhasil membungkam mereka yang sudah mencibirnya.
Meskipun pada awalnya ia diam-diam mendaftar Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) tepat H-2 sebelum ditutup.
Tekadnya tak padam meski cibiran silih diterimanya.
"Jadi waktu itu hampir tidak datar SNBP, h-2 penutupan jam 2 dini hari baru saya daftar," ucap Margaret.
"Saat itu saya pilih satu, hanya UI saja," imbuhnya.
Kala itu Margaret merahasiakan keputusannya ikut SNBP UI, termasuk dari orangtuanya sendiri.
"Tidak ada harapan untuk lolos, kalau teman tanya, saya jawab 'sudah daftar' saja', ditanya dimana saya diam saja," kata Margaret.
"Kalau mama nanya saya juga diam saja,"
"Enggak ada yang tahu saya daftar SNBP," imbuhnya.
Dengan berderai air mata, Margaret lalu bercerita soal perlakuan tak menyenangkan yang diterima dari guru di sekolahnya.
Murid berprestasi itu mengaku pernah diremehkan oleh gurunya gara-gara mengungkapkan cita-citanya berkuliah di UI.
"Diomongin ulang-ulang 'Gak bisa bayar uang sekolah tapi mau kuliah di UI','Stop mimpi tinggi'," ucap Margaret.
"Sempat tunggak uang sekolah," imbuhnya.
Ucapan menyakitkan guru tersebut, sempat membuat Margaret berkecil hati, ia berniat mengubur mimpinya kuliah di UI.
"Sempat tidak mau daftar," kata Margaret.
Namun H-2 sebelum penutupan pendaftaran SNBP, tekad Margaret untuk menempuh pendidikan tinggi di UI kembali muncul.
"Jadi waktu itu hampir tidak daftar SNBP, h-2 penutupan jam 2 dini hari baru saya daftar," ucap Margaret.
"Saat itu saya pilih satu, hanya UI saja," imbuhnya.
Kala itu Margaret merahasiakan keputusannya ikut SNBP UI, termasuk dari orangtuanya sendiri.
"Tidak ada harapan untuk lolos, kalau teman tanya, saya jawab 'sudah daftar' saja', ditanya dimana saya diam saja," kata Margaret.
"Kalau mama nanya saya juga diam saja,"
"Enggak ada yang tahu saya daftar SNBP," imbuhnya. (TribunJakarta/Pos Kupang)
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.