Revitalisasi Pasar Munjul Mangkrak

Sulitnya Pedagang Pasar Munjul Pertahankan Usaha: Kalau Bisa Kabur Sudah Kabur

Pedagang Pasar Munjul di Cipayung, Jakarta Timur kini hanya bisa berharap usahanya dapat bertahan di tengah lesunya daya beli masyarakat.

|
Penulis: Bima Putra | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA
Nana, pedagang Pasar Munjul yang sudah 10 tahun terakhir menempati tempat penampungan karena revitalisasi pasar mangkrak, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (12/8/2025). TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Pedagang Pasar Munjul di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur kini hanya bisa berharap usahanya dapat bertahan di tengah lesunya daya beli masyarakat.

Sudah beberapa tahun terakhir para pedagang mengalami penurunan omzet karena sepinya pembeli, bahkan kini sejumlah pedagang mengalami penurunan omzet hingga 90 persen.

Kondisi kian diperparah karena di saat proses revitalisasi Pasar Munjul mangkrak selama 10 tahun, para pedagang tetap dibebankan membayar retribusi kepada Pemprov DKI Jakarta.

"Kalau ditanya berat atau enggak ya pasti berat. Ibaratnya kalau bisa kabur, kalau ada kerjaan lain ya kita kabur," kata Pedagang Pasar Munjul, Nana di Jakarta Timur, Selasa (12/8/2025).

Masalah penurunan omzet dan revitalisasi mangkrak sebenarnya sudah disampaikan para pedagang kepada Pramono Anung saat kampanye Pilgub DKI Jakarta pada Oktober 2024 lalu.

Kala itu Pramono menyatakan bahwa proses revitalisasi pasar tidak boleh terhenti karena berdampak buruk bagi pedagang, dan masalah retribusi perlu dikaji agar tak membebani.

Tapi setelah Pramono terpilih dan dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta, hingga kini proses revitalisasi Pasar Munjul yang awalnya menelan anggaran Rp10,2 miliar tak kunjung berlanjut.

"Sekarang ya setiap hari begini saja, paling ngobrol sama pedagang lain. Habis menunggu pembeli juga enggak datang, sekarang maksimal sehari cuma dapat lima pembeli," ujar Nana.

Menurutnya seiring waktu kondisi pedagang Pasar Munjul terus memburuk, bahkan banyak pedagang yang terpaksa gulung tikar karena tidak kuat mempertahankan usahanya.

Mayoritas merupakan pedagang yang berada di tempat penampungan sementara, atau menempati kios berupa bangunan semi permanen dengan konstruksi kayu dan beratap terpal.

Sejak pandemi Covid-19 melanda mereka satu per satu terpaksa gulung tikar karena kondisi kios yang tidak layak untuk berjualan, dan sepinya pembeli yang datang ke Pasar Munjul.

"Kebanyakan pedagang keringan seperti baju, perabot rumah. Kalau pedagang bahan pokok dan sayur masih lumayan pembelinya. Orang kan sekarang belanja bahan pokok doang," tutur Nana.

Kondisi yang kian memburuk membuat para pedagang Pasar Munjul hampir putus asa mempertahankan usaha, terlebih Pemprov DKI Jakarta juga tidak memberikan bantuan apapun.

Menurut pedagang saat masa kampanye Pilgub DKI Jakarta pada Oktober 2024 lalu, Pramono sempat menyatakan Bank DKI akan memberikan bantuan pinjaman modal kepada pedagang.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved