Revitalisasi Pasar Munjul Mangkrak
Sulitnya Pedagang Pasar Munjul Pertahankan Usaha: Kalau Bisa Kabur Sudah Kabur
Pedagang Pasar Munjul di Cipayung, Jakarta Timur kini hanya bisa berharap usahanya dapat bertahan di tengah lesunya daya beli masyarakat.
Penulis: Bima Putra | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Pedagang Pasar Munjul di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur kini hanya bisa berharap usahanya dapat bertahan di tengah lesunya daya beli masyarakat.
Sudah beberapa tahun terakhir para pedagang mengalami penurunan omzet karena sepinya pembeli, bahkan kini sejumlah pedagang mengalami penurunan omzet hingga 90 persen.
Kondisi kian diperparah karena di saat proses revitalisasi Pasar Munjul mangkrak selama 10 tahun, para pedagang tetap dibebankan membayar retribusi kepada Pemprov DKI Jakarta.
"Kalau ditanya berat atau enggak ya pasti berat. Ibaratnya kalau bisa kabur, kalau ada kerjaan lain ya kita kabur," kata Pedagang Pasar Munjul, Nana di Jakarta Timur, Selasa (12/8/2025).
Masalah penurunan omzet dan revitalisasi mangkrak sebenarnya sudah disampaikan para pedagang kepada Pramono Anung saat kampanye Pilgub DKI Jakarta pada Oktober 2024 lalu.
Kala itu Pramono menyatakan bahwa proses revitalisasi pasar tidak boleh terhenti karena berdampak buruk bagi pedagang, dan masalah retribusi perlu dikaji agar tak membebani.
Tapi setelah Pramono terpilih dan dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta, hingga kini proses revitalisasi Pasar Munjul yang awalnya menelan anggaran Rp10,2 miliar tak kunjung berlanjut.
"Sekarang ya setiap hari begini saja, paling ngobrol sama pedagang lain. Habis menunggu pembeli juga enggak datang, sekarang maksimal sehari cuma dapat lima pembeli," ujar Nana.
Menurutnya seiring waktu kondisi pedagang Pasar Munjul terus memburuk, bahkan banyak pedagang yang terpaksa gulung tikar karena tidak kuat mempertahankan usahanya.
Mayoritas merupakan pedagang yang berada di tempat penampungan sementara, atau menempati kios berupa bangunan semi permanen dengan konstruksi kayu dan beratap terpal.
Sejak pandemi Covid-19 melanda mereka satu per satu terpaksa gulung tikar karena kondisi kios yang tidak layak untuk berjualan, dan sepinya pembeli yang datang ke Pasar Munjul.
"Kebanyakan pedagang keringan seperti baju, perabot rumah. Kalau pedagang bahan pokok dan sayur masih lumayan pembelinya. Orang kan sekarang belanja bahan pokok doang," tutur Nana.
Kondisi yang kian memburuk membuat para pedagang Pasar Munjul hampir putus asa mempertahankan usaha, terlebih Pemprov DKI Jakarta juga tidak memberikan bantuan apapun.
Menurut pedagang saat masa kampanye Pilgub DKI Jakarta pada Oktober 2024 lalu, Pramono sempat menyatakan Bank DKI akan memberikan bantuan pinjaman modal kepada pedagang.
Fraksi Golkar DPRD DKI Soroti Pasar Munjul Mangkrak 10 Tahun, Pedagang Rugi hingga 90 Persen |
![]() |
---|
Anak Buah Pramono Tebar Janji, Bakal Prioritaskan Revitalisasi Pasar Munjul yang Mangkrak 10 Tahun |
![]() |
---|
Buka Suara Proyek Mangkrak Revitalisasi Pasar Munjul, Pemprov Jakarta: Ada Masalah Sengketa Lahan |
![]() |
---|
Revitalisasi Pasar Munjul Janji Kampanye Pramono Anung, Pengamat Minta Revitalisasi Diprioritaskan |
![]() |
---|
Janji Pramono Revitalisasi Pasar Munjul Belum Terpenuhi, Pengamat: Kepercayaan Publik Terancam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.