Sisi Lain Metropolitan

Hidup Melarat, Warga Kampung Tongkol Ancol Kecewa Tahu Tunjangan DPR Makin Melimpah: Sangat Tak Adil

kabar tentang besarnya gaji dan tunjangan anggota DPR yang tembus puluhan juta rupiah sebulan, justru menjadi kenyataan yang sulit mereka telan

TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
TIDAK ADIL - Seorang ibu memasak di depan kontrakannya di permukiman Kampung Tongkol, RT 07 RW 01 Kelurahan Ancol, Pademangan, Jakarta Utara. Warga miskin yang tinggal di permukiman padat penduduk itu mengaku merasakan ketidakadilan melihat gaji dan tunjangan anggota DPR yang mencapai puluhan juta rupiah sebulan. (TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO). 

Tiga anaknya yang lain sudah berkeluarga, sesekali membantu kebutuhan orang tua mereka.

Sehari-hari Khalid bekerja sebagai buruh bangunan.

Namun, sudah beberapa bulan terakhir ia menganggur.

Hanya jika ada panggilan kerja serabutan, ia bisa membawa uang pulang.

Untuk kebutuhan sehari-hari, istrinya Imas mencoba berjualan nasi uduk.

Itu pun tak selalu laku.

"Sebulan Rp 800 ribu kontrakan satu kamar, isinya berempat. Kalau nggak ada uang, kadang dibantu anak-anak Rp 200 ribu, Rp 300 ribu. Kalau sekarang malah belum bisa bayar, masih ditoleransi pemilik kontrakan karena keluarga juga," kata Khalid.

Mendengar soal fasilitas anggota DPR yang serba ada, Khalid hanya bisa menghela napas.

"Kurang adil, karena orang di atas nggak melihat ke bawah. Mereka dijamin semua, kesehatan, keluarga. Sementara orang kecil kaya saya, untuk berobat aja walaupun ada BPJS tetap butuh ongkos. Listrik, air, semua mahal. Kita hidup serba pas-pasan," katanya.

Cerita serupa datang dari warga Kampung Tongkol lainnya, Anis Wiranti.

Ia tinggal bersama suaminya, Mudiono, dan dua anaknya yang masih kecil di kontrakan seharga Rp 1 juta per bulan.

Mudiono bekerja sebagai sopir boks kecil dengan penghasilan sekitar Rp 2,5 juta sebulan.

"Kalau dibilang cukup ya nggak cukup, dicukup-cukupin saja. Berat, tapi mau gimana lagi. Pernah coba jualan es teh, tapi sepi pembeli. Jadi ya balik lagi mengandalkan gaji suami," ujar Anis.

Ia mengatakan, yang paling ia pikirkan adalah biaya sekolah anak-anak.

Putrinya kini duduk di kelas lima SD, sementara si bungsu baru berusia enam tahun.

"Kalau lihat DPR dapat tunjangan besar, ya rasanya nggak adil. Yang kaya makin kaya, yang nggak punya makin nggak kelihatan. Harusnya mereka lihat lagi rakyat kecil, biar kami merasa diperhatikan," katanya getir.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved