TRIBUNJAKARTA.COM - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Tsamara Amany baru saja mengkritik mantan panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Hal itu dilontarkan Tsamara lantaran Gatot Nurmantyo mengaku sakit hati dilarang menggunakan masjid sebagai ajang berpolitik.
"Sakit (hati) saya, kalau ada yang bilang masjid dilarang untuk bicara politik," kata Gatot saat mengikuti dialog di Masjid Kampus UGM Yogya, Jumat (4/5/2018).
Menurut Tsamara, Gatot seharusnya bisa membedakan antara politik praktis dan politik kebangsaan.
Melalui pesan singkat kepada Tribunnews, Tsamara pun mengaku tidak takut telah mengkritik mantan panglima TNI.
BACA: Aksi Heroid Pria Selamatkan Anak Usia 11 Tahun yang Jatuh Terseret Banjir di Saluran Air
BACA: VIDEO: Pertunjukkan Dance Remix Dengan Gerakan Salat Terima Banyak Kecaman
"Mengapa harus takut? Kita hidup di alam demokrasi di mana kita bebas mengkritik siapapun," tulis Tsamara dalam pesan balasannya.
Lebih lanjut Tsamara juga mengungkapkan jika kritik tersebut berfokus pada substansi dan bukan serangan personal.
"Selama fokus pada substansi, tidak ada yang salah. Apalagi Pak Gatot sebagai mantan Panglima TNI yang saya yakini mencintai Indonesia pasti akan terbuka menerima kritik," jelas Tsamara.
Pada kesempatan yang sama Tsamara juga mengungkapkan jika aksi kritinya adalah bentuk kepedulian sebagai warga negara dan anak muda.
"Ini bentuk kepedulian saya sebagai warga negara & anak muda yang ingin masjid steril dari politik partisan," lanjut Tsamara.
Tsamara mengaku jika ada kegiatan politik praktis di masjid akan mengakibatkan pecah belah masyarakat.
Pasalnya menurut gadis berusia 21 tahun tersebut, masyarakat memiliki beragam pilihan politik dan masjid adalah tempat untuk beribadah kepada Tuhan.
"Masa iya tempat suci yang jauh di atas politik mau direndahkan sebatas politik partisan. Masjid tidak boleh dipakai untuk bicara pemenangan partai politik tertentu atau kandidat tertentu. Kalau bicara soal politik bangsa seperti pentingnya memerangi korupsi, tidak apa-apa," pungkas Tsamara.