Berkali-kali Soes sering mendapat perlakuan kasar dari Pram karena ulahnya yang bandel.
Meski demikian, Pram sangat mencintai Soes.
"Saya waktu kecil pernah naik sepeda di gang sempit. Saat itu saya tak sengaja menabrak anak kecil hingga ia jatuh ke parit. Kejadian itu sampai ke telinga Pram hingga Pram mengajak saya bertemu orangtua anak kecil itu. Pram memukul saya berkali-kali di hadapan orang tua anak itu. Saat itu saya terpaksa meminta maaf, padahal saya tidak salah," kata Soes.
Sesampai di rumah, Soes diinterogasi oleh Pram.
Karena melihat Soes yang berkali-kali mengakui bahwa dirinya tidak bersalah, Pram luluh mendengar pengakuan itu.
Meski demikian, Pram tidak meminta maaf.
Namun, dia mempunyai cara lain untuk menghibur adik kesayangannya itu.
"Mengetahui saya tak bersalah, Pram kemudian memeluk saya berkali-kali. Dia mengajak saya jajan, nonton bioskop dan mengelus-ngelus kepala saya di atas becak," kata Soes.
Soes sendiri mewarisi bakat dan semangat kakaknya dalam menulis.
Hingga saat ini, Soes sudah menerbitkan sekitar 20 buku hasil karyanya, contohnya yang berjudul Kompromi dan Komponis Kecil.
Kegemaran menulis diawali keluarga ini dengan kegilaan membaca buku.
Saat sekolah dan tinggal di Rusia adalah surga baginya.
"Saya penggila buku-buku sastra Rusia. Bahkan suatu ketika dosen belum pernah baca, saya sudah khatam," tuturnya. (Kontributor Grobogan, Puthut Dwi Putranto Nugroho)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Soesilo Toer Mengenang Pramoedya Ananta Toer, Cinta Tanah Air dan Islam Tulen (3)"