"Itu seruan dari seorang guru kepada murid-muridnya," terang Ferdinand Hutahaean.
"Bukan. Ketika Pak Prabowo bicara, 'saya diamanahkan menjadi calon presiden'. Artinya apa?" tanya Kapitra Ampera.
"Bahwa tidak boleh berkampanye di situ," jawab Ferdinand Hutahaean.
"Bukan. Bahwa kalian harus pilih saya," tukas Kapitra Ampera.
• Prabowo Geram dengan Sejumlah Media Terkait Reuni 212, Ernest Prakasa: Copy Paste Donald Trump
• Penayangan Reuni 212 Dituding Dibatasi, Timses Jokowi Bongkar Masalah Gerindra dan Stasiun TV
• Adu Mulut dengan Rocky Gerung Soal Reuni 212, Boni Hargens Soroti Kekuasaan Era Orde Baru
Ferdinand Hutahaean menyebut itu asumsi dari Kapitra Ampera semata.
Sebab saat itu, lanjutnya, Prabowo Subianto hanya menegaskan dirinya sebagai capres namun tak boleh berkampanye.
"Itu kan penerjemahannya Bang Kapitra. Yang di situ enggak terjemahkan begitu," tegas Ferdinand Hutahaean.
Saling perang argumen, Kapitra Ampera menyebut itu hanya kemasan dari kubu Prabowo Subianto.
"Bukan, itu kan kemasan. Kalau dia tidak berbicara, dia duduk saja, karena dia bukan alumni," jelas Kapitra Ampera.
"Panitia beri kehormatan beliau berbicara," sanggah Ferdinand Hutahaean.
"Nah itu kenapa tidak Jokowi? Kenapa enggak Maruf Amin? Kalau tidak ada Maruf Amin, tidak ada 212. Tidak ada GNPF," jelas Kapitra Ampera.
"Karena Jokowi tak diundang. Pak Maruf Amin tak setuju dengan gerakan itu," balas Ferdinand Hutahaean yang segera diakhiri oleh Najwa Shihab.
Video bisa disaksikan di sini: