Tak cuma itu Taj Yasin Maimoen juga menyayangkan kalimat 'Kau tukar direvisi sang bandar' dalam puisi tersebut.
Pasalnya apabila kata 'kau' dalam puisi itu memang ditujukan untuk KH Maimoen Zubair maka sama saja Fadli Zon mengatakan pendiri Pesantren Al-Anwar Sarang itu adalah sosok yang bisa didikte.
Taj Yasin Maimoen menjelaskan hal tersebut dapat menurunkan derajat KH Maimoen Zubair sebagai seorang Mujtahid.
"Yang saya sayangkan lagi di sini beliau memgatakan mengapa kau tukar, direvisi sang bandar," kata Taj Yasin Maimoen.
"Ini mengatakan bahwa Kiai Maimoen bisa didikte, menurunkan derajat Kiai Maimoen yang saya anggap Mujtahid,"
"Mujtahid adalah yang tidak bisa dipengaruhi oleh siapapun dia punya felling dan insting politik untuk masyarakat," tambahnya.
Taj Yasin Maimoen juga mengungkapkan banyak santri dan alumni Pesantren Al-Anwar Sarang menilai Fadli Zon seharusnya mendapatkan sebuah peringatan.
"Kik kok Kiai di kau-kau kan,terlepas itu Mas Fadli menurunkan martababat Kiai Maimoen, itu membuat marah masyarakat," jelas Taj Yasin Maimoen.
"Saya juga banyak dihubungi Mas Fadli ini harus diberikan peringatan," tambahnya.
Fadli Zon ditanya Menteri Agama
Fadli Zon menulis puisi Doa yang Ditukar di Parung, Bogor.
Dalam puisinya ia menyinggung soal doa yang sakral, agama yang diobral hingga kepemimpinan.
"Doa sakral, seenaknya kau begal, disulam tambal, tak punya moral, agama diobral," demikian bunyi bait pertama pada puisi Fadli Zon itu.
Pada bait kedua, Fadli Zon menuliskan kata 'kau' dalam puisi Doa yang Ditukar.
"Doa sakral, kenapa kau tukar, direvisi sang bandar, dibisiki kacung makelar, skenario berantakan bubar, pertunjukan dagelan vulgar," lanjut Fadli.