Tribun Wiki

Sederet Bentuk Cacat Logika alias Logical Fallacies, Kerap 'Dipakai' Orang Indonesia

Penulis: Erlina Fury Santika
Editor: Mohamad Afkar Sarvika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pembagian otak kiri dan otak kanan.

Follow:

11. Slippery slope

Berpendapat dengan generalisir suatu 'fakta': jika A terjadi, maka Z akan terjadi juga.

Maka orang-orang tidak boleh membiarkan A terjadi.

12. Composition/division

Berasumsi bila sebuah prinsip benar untuk sebuah kondisi, maka prinsip itu akan berlaku untuk kondisi lainnya juga.

Padahal, belum tentu cocok atau benar.

13. False dichotomy fallacy

Ahmad Junaidi, dosen Universitas Mataram sekaligus kandidat Ph.D Monash Universitiy dalam tulisannya di The Conversation indonesia menulis, kesesatan berpikir jenis ini terjadi saat dua pilihan dihadirkan sebagai sesuatu yang harus dipilih.

Contoh kasusnya, "kalau Anda pemilih Jokowi berarti Anda anti-Prabowo".

Padahal, tulis Ahmad, belum tentu karena bisa saja orang menyukai beberapa ide Prabowo walaupun setelah berpikir matang akan memilih Jokowi.

14. Faulty generalization fallacy

Masih meminjam analisis Ahmad Junaidi, kondisi ini terjadi ketika seseorang mengambil kesimpulan dari contoh yang tidak signifikan lalu generalisir secara serampangan.

Contohnya, "Prabowo memilih Sandiaga Uno karena peduli generasi muda" atau "Jokowi memilih Maruf Amin karena Jokowi peduli ulama".

Dua pasangan capres-cawapres, Joko Widodo-Maruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, menghadiri deklarasi kampanye damai di Lapangan Silang Monas (KOMPAS.com/ABBA GABRILIN)

"Dua pernyataan tersebut rentan kekeliruan berlogika karena bisa saja pilihan ini adalah kompromi politik dan tidak serta merta bisa dimaknai sebagai kepedulian terhadap segmen masyarakat tertentu secara nasional atau menyeluruh," tulis Ahmad Junaidi.

Berita Terkini