Setelah keluar dari Golkar, Ruhut Sitompul bergabung dengan Demokrat dan menjabat beberapa jabatan strategis.
Ia pernah menjadi Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika (Infokom) saat Demokrat diketuai Anas Urbaningrum.
Kemudian, ia pernah menjadi juru bicara partai berlambang mercy itu.
Selain itu, Ruhut juga pernah menjabat sebagai Ketua DPP Partai Demokrat.
Dalam sebuah wawancara, Ruhut menyebut, Partai Demokrat adalah partainya yang terakhir.
Selama bergabung dengan Demokrat, Ruhut Sitompul kerap pasang badan bagi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan keluarganya.
Tak jarang pria yang kini berusia 65 tahun itu mengeluarkan kata-kata kontroversial.
Dikutip dari Kompas.com, Ruhut menyatakan rela bila kupingnya dipotong jika dana bailout Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun mengalir ke Partai Demokrat dan SBY.
Lebih heboh dari itu, Ruhut juga mengaku siap dipotong lehernya jika anak SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas menerima duit Century Rp 500 miliar.
Bahkan, sebelum pemilihan ketua Pansus Hak Angket Century, Ruhut berani bersumpah, yang akan menjadi ketua adalah Idrus Marham, orang Golkar.
'Si Poltak' juga pernah bersumpah siap dirajam dan dicabut nyawanya jika Wapres Boediono dan Sri Mulyani bersedia menghadiri pemanggilan Pansus Century.
Faktanya, Sri Mulyani hadir ke DPR ketika dipanggil oleh Pansus Century, 20 November 2009.
Lain hal, Ruhut Sitompul pernah terlibat cekcok dengan Gayus Lumbuun, politisi PDIP dalam kasus Bank Century hingga keluar kata kasar "bangsat."
Hal itu menuai kritik dari banyak pihak karena dinilai sebagai hal yang tidak etis.
Ruhut pernah memanggil Jusuf Kalla dengan sebutan "Daeng" yang menyinggung perasaan etnis Makassar karena dinilai merendahkan mantan Wapres tersebut.
Sebelum itu, ketika musim kampanye Pilpres 2009, Ruhut pun pernah mengeluarkan pernyataan rasis, "Arab tidak pernah membantu Indonesia."
"Yang dia maksud kala itu adalah menyindir tim sukses Mega-Prabowo, Fuad Bawazier, yang keturunan Arab.
Pernyataan itu terus membuat heboh media, menuai kecaman reaksi keras, dan kala itu, umat Islam juga tersinggung dengan ulah Ruhut.
Ruhut dan Partai Demokrat akhirnya meminta maaf.
Atas beberapa ulahnya, Ruhut juga sempat mendapat teguran dari elite Demokrat lainnya.
Puncaknya, pada Oktober 2016, Demokrat memecat Ruhut karena dianggap membelot dari putusan partai saat Pilkada DKI Jakarta.
Ruhut memilih untuk mendukung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.
Padahal di Pilkada DKI, Demokrat mengusung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)-Sylviana Murni.
Ini adalah kedua kalinya sikap Ruhut bertentangan dengan partai.
Pada Pilpres 2014, Ruhut mendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla ketimbang Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang didukung Demokrat.
Selain dipecat dari Partai Demokrat, Ruhut juga mundur sebagai anggota DPR.
3. PDIP
Kini, politisi dengan ucapan kontroversial itu melabuhkan karier politiknya di PDIP.
Saat hadir di Kongres PDIP V di Denpasar, Bali, Ruhut mengaku sudah menjadi kader PDIP Perjuangan sejak tiga tahun lalu.
Dia tak lupa mengungkapkan terima kasih kepada Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
"Saya terima kasih kepada ibu Mega," katanya saat ditemui awak media di lobi Hotel Grand Inna Bali Beach.
Saat ditanya mengenai jabatan di PDIP, Ruhut mengaku tak menjabat sebagai apapun dan cukup hanya sebatas loyalis.
"Saya kan di mana saja saya pasti loyalis," tuturnya.
Luhut membeberkan sudah mendukung kader-kader PDIP dalam berbagai hajatan politik.
Mulai dari majunya Jokowi-Ahok di Pilkada DKI Jakarta hingga Jokowi dicalonkan sebagai presiden.
Ia mengaku di mana pun sebagai kader selalu menjadi yang paling total.
"Di Golkar saya total, di Demokrat saya total. Di PDIP saya pasti lebih total," tuturnya.
Sebelumnya, Ruhut mengaku tidak bisa menolak apabila ditawari oleh Megawati Soekarnoputri untuk bergabung ke partai berlambang banteng tersebut.
"Aku kan orang yang enggak bisa menolak kalau dari Ibu Megawati, dan aku emang dekat dengan beliau," kata Ruhut saat dihubungi, Senin (30/4/2018).
Ruhut mengatakan, selama ini ia memang memiliki hubungan yang dekat dengan partai berlambang banteng itu.
Ia juga baru saja membantu kampanye Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus, pasangan yang diusung PDIP di kampung halaman Ruhut di Sumatera Utara.
Bahkan, Ruhut mengenakan baju PDI-P dalam kampanye tersebut.
"Memang PDI-P rumahku dari dulu, keluargaku kan keluarga PNI, gimana sih, kan Bang Taufik Kiemas itu guru aku," kata Ruhut. (*)