Pemred Tempo Bahas Sampul Jokowi 'Pinokio', Ali Ngabalin Tetiba Murka: Cederai Nama Besar Presiden!

Penulis: Rr Dewi Kartika H
Editor: Siti Nawiroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Budi Setyarso memberikan klarifikasi terkait sampul majalah bergambar karikatur Presiden Jokowi dengan bayangan pinokio dalam edisi terbaru 'Janji Tinggal Janji'.

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Rr Dewi Kartika H

TRIBUNJAKARTA.COM - Pemimpin redaksi (pemred) media Tempo, Budi Setyarso memberikan klarifikasi terkait sampul majalah bergambar karikatur Presiden Jokowi dengan bayangan pinokio dalam edisi terbaru 'Janji Tinggal Janji'.

Hal tersebut disampaikan Budi Setyarso saat menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One, pada Selasa (8/10/2019).

Tenaga Ahli Kedeputian IV Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin yang hadir kala itu, namun tak bisa menahan emosinya terhadap Budi Setyarso.

TONTON JUGA

Ali Ngabalin bahkan menunjuk-nunjuk wartawan senior itu.

Mulannya Budi Setyarso mengatakan jika Ali Ngabalin keberatan dengan sampul dan berita soal Jokowi di majalah edisi tersebut, maka pihaknya akan memberikan hak jawab.

"Kalau Pak Ngabalin keberatan harus segera diberikan hak jawab," kata Budi Setyarso dikutip TribunJakarta.com dari YouTube ILC, pada Rabu (9/10/2019).

"Iya hak jawab tapi kita sudah hancur-hancur," celetuk Ali Ngabalin ketus.

Budi Setyarso lantas menjelaskan cover tempo edisi'Janji Tinggal Janji' tidak menampilkan Jokowi dengan rupa pinokio.

Pinokio hanya berupa siluet atau bayangan di belakang karikatur Jokowi.

Ninoy Karundeng Akui Diancam Pria yang Disebut Habib, Novel Bakmumin Kesal: Merusak Nama Baik Saya

TONTON JUGA

"Yang kedua saya koreksi cover yang tadi disebutkan menampilkan Pak Jokowi pakai pinokio," ucap Budi Setyarso.

"Tapi itu bayangan yang dibelakangnya menyerupai pinokio," tambahnya.

Tiba-tiba Ali Ngabalin memotong pembicaraan.

"Aduh janganlah pandai-pandai bersilat lidah begitu kawan," kata Ali Ngabalin.

Gempita Minta Tidur Bertiga, Gading Marten & Gisella Anastasia Sontak Bereaksi: Hati Aku Hancur

"Terlalu pintar memutar lidah itu namanya Budi, tidak boleh begitu," tambahnya.

Mendengar pernyataan tendensius dari Ali Ngabalin, Budi Setyarso hanya tersenyum.

Ia kemudian menjelaskan isi berita di majalah edisi tersebut mengutip pernyataan Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko.

Moeldoko pernah mengatakan apabila buzzer pendukung Jokowi, justru merugikan presiden ketujuh itu.

Cita Citata Ngaku Dimaki oleh Music Director saat GR, Pihak Acara: Tolong Jangan Melukai Acara Ini

Lagi-lagi Ali Ngabali memotong dengan kasar pemaparan Budi Setyarso.

"Saya ingin mengutip pernyataan dari Bapak kepala Staf Kepresidenan atasanya Pak Ngabalin," ucap Budi Setyarso.

"Saya punya kepala staf jangan ragu-ragu sebut!" kata Ali Ngabalin.

"Lengkap jangan ragu-ragu," tambahnya.

"Jangan dipotong terus, kapan selesainya!" tegur pembawa acara ILC, Karni Ilyas.

Minta Maaf ke Cita Citata & Akui Honornya Tak Seberapa, Karier Yusuf Oeblet Ternyata Diakui Dunia

Budi Setyarso menjelaskan pernyataan Moeldoko soal buzzer Jokowi ditulis sama diberbagai media, termasuk Tempo.

"Saya mengutip bukan dari Tempo, saya mengutip dari CNN," ucap Budi Setyarso.

"Saya menjawab betul ada stament dari Pak Moeldoko, tak ada yang berbeda dari Opini Tempo," tambahnya.

Budi Setyarso mengatakan tak pernah meminta Jokowi atau pemerintah untuk menertibkan media sosial.

Ia menjelaskan tulisan di medianya, berharap Jokowi dapat mengatur para pendukungnya.

Minta Maaf ke Cita Citata, Yusuf Oeblet Singgung Honor Tinggi: Bayaran Kami Gak Ada Se-Tahi Kukunya

"Memang kita berharap Pak Jokowi menerbitkan pendukung, bukan media sosial," jelas Budi Setyarso.

Ia mengungkapkan hal tersebut demi menghindari narasi negatif dan disinformasi.

"Yang kita persoalkan adalah penggunaan media sosial yang disinformasi dan tujuan yang membentuk opini yang diinginkan," ucap Budi Setyarso.

"Agar tidak menggunakan narasi negatif," tambahnya.

Terlunta Tak Bisa Pulang di Pondok Indah, Pendemo Jadi-Jadian Kesal: Koordinator Kabur, Kita Di-PHP

Ali Ngabalin kemudian membacakan satu buah paragraf yang dikutip dari tulisan di majalah Tempo.

Paragraf tersebut mengatakan Jokowi mengetahui soal aksi buzzer pendukungnya di media sosial.

Ali Ngabalin lantas menuntut Budi Setyarso untuk menjelaskan maksud dari paragraf tersebut.

"Budi dengarkan baik-baik," kata Ali Ngabalin.

"Bapak jelaskan kepada saya, saya baca pelan-pelan nih,"

"Kalimat itu yang ada maksudkan? kawan,"

"Berikanlah pencerahan, kenapa Anda mengambil kesimpulan bahwa Jokowi mengendalikan buzzer bayaran itu,"

"Anda menuliskan kalau tidak tahu itu keberadaan para buzzer,"

"Kalimata apa itu?" tambahnya.

Gempita Bahas Soal Tidur Bertiga Saat Video Call dengan Gading Marten, Gisel Nangis: Hancur Hati Aku

Ali Ngabalin tampak begitu emosi terhadap Budi Setyarso.

Sambil menunjuk-nunjuk kearah Budi Setyarso yang duduk tak jauh darinya, Ali Ngabalin mengatakan wartawan senior tersebut telah mencedarai nama besar Jokowi.

"Biarlah Allah yang menghukum kalian atas kejahatan tulisan yang mencederai presiden RI," kata Ali Ngabalin berapi-api.

"Sorry sebagai abdi dalamnya, saya harus mengatakan ini,"

"Kalian telah mencederai nama besar seorang presiden Jokowi, itu saja!"

"Tidak usah dibantah, sebagai kritik supaya kalian berubah,"

"Jangan memainkan kuasa media kalian, untuk mencederai orang lain,"

"Saya tersinggung atas nama rakyat Indonesia!" tambahnya.

Cita Citata Geram Dimaki Gila Oleh Music Director, Pihak Acara Ungkap Fakta Lain: Tolong Jangan Gitu

Tak terpancing emosi, Budi Setyarso menjelaskan paragraf tersebut dapat diartikan berbeda-beda.

Hal itu tergantung pada persepsi masing-masing pembaca.

SIMAK VIDEONYA:

Beberkan Perbedaan Wartawan dan Buzzer

Seorang wartawan senior Budi Setyarso menyatakan dengan tegas bahwa produk jurnalistik berbeda dengan produk dari para buzzer.

Budi Setyarso juga menyebut bahwa seorang jurnalis selalu melakukan kroscek sebelum melakukan rilis pada sebuah berita.

Hal itu dijelaskan Budi Setyarso pada acara Indonesia Lawyers Club yang tayang di tvOne.

Budi Setyarso menyebut bahwa jurnalis bekerja berdasarkan dengan standar tertentu.

Sehigga seorang jurnalis tidak bisa disamakan dengan seorang buzzer.

"Kalau kemudian itu ditujukan kepada pers, jurnalistik yang umumnya bekerja dengan standar-standar yang diatur oleh undang-undang," ucap Budi Setyarso, dikutip dari tayangan di kanal YouTube Indonesia Lawyers Club pada Selasa (8/10/2019).

Ia juga menjelaskan bahwa seorang wartawan atau jurnalis selalu melakukan verifikasi ataupun konfirmasi sebelum menerbitkan sebuah berita.

"Saya kira itu yang membedakan jurnalistik dengan media sosial," ucap Budi Setyarso.

Budi Setyarso juga menyebut bahwa seorang buzzer hanya mengunggah sebuah informasi tanpa adanya pengecekan ulang.

"Dalam hal ini buzzer ya mereka umunya informasi dicemplungkan tanpa verifikasi, dan kadang memang itu dilakukan untuk membentuk opini," ujar Budi Setyarso.

Bahkan Budi Setyarso memberikan sebuah contoh kabar yang beredar dengan luas beberapa waktu yang lalu.

Ia menyebut mengenai pemberitaan ambulans yang disebut membawa batu pada aksi unjuk rasa mahasiswa, Kamis (26/9/2019) lalu.

Pada kabar mengenai ambulans tersebut, para wartawan menyampaikan berita setelah adanya pengecekan melalui beberapa pihak.

"Katakanlah dalam kasus ambulans, itu kalau jurnalistik saya kira sebelum dirilis mereka akan melakukan kroscek dulu," jelas Budi Setyarso.

Hal itu dilakukan untuk mencari tahu kebenaran informasi yang kemudian akan dilanjutkan kepada publik.

Dengan begitu publik akan menerima sebuah informasi yang jelas.

Namun beberapa kali, kritik yang dibuat seorang jurnalis atau wartawan justru mendapat serangan dari berbagai pihak.

Bahkan sebuah produk jurnalistik mendapat serangan yang tidak pantas dari para buzzer.

Bagi Budi Setyarso, hal tersebut dapat sangat berbahaya bila terus terjadi.

"Saya kira itu yang akan membahayakan kita," ucap Budi Setyarso.

Kemudian Budi Setyarso menjelaskan manfaatnya sebuah pers yang independen.

Bahkan disebutnya pers independen sangat dibutuhkan untuk memajukan sebuah negara.

"Pers yang independen, pers yang bebas itu sangat bermanfaat buat kemajuan negara," ujar Budi Setyarso.

Ia juga menyebutkan peran pers dalam kemajuan sebuah negara.

Pers disebut ikut melakukan kontrol pada jalannya pemerintahan.

"Karena pers yang bebas memastikan media yang independen, itu memastikan pemerintah berjalan dengan baik, mereka terhindar dari korupsi begitu," jelas Budi Setyarso.

Budi Setyarso menyebut bahwa peran pers menjadi sangat penting terutama pada pers yang independen.

Karena itu lah, Budi Setyarso menegaskan bawah jurnalis dan buzzer adalah dua hal yang berbeda.

"Dan ini sangat membedakan dengan tugas dari tugas atau yang dilancarkan oleh kelompok buzzer itu Pak Karni," ucap Budi Setyarso. (TribunJakarta/Tribunwow)

Berita Terkini