"Biasanya maksimal (air) aman itu sampai roda."
"Tapi ini tingginya (air) udah nutupin roda dan hampir ke pintu, makanya deg-degan juga kalau mogok kan repot siapa yang mau derek," ucapnya.
Sebagai seorang sopir truk, Rizki menyebut melintasi terjangan banjir jauh lebih rumit ketimbang membawa muatan berat dengan medan terjal.
Pasalnya, dia hanya menggunakan gigi satu dengan jarak hampir 1 kilometer sehingga mesin harus bekerja ekstra.
Belum lagi, tak terlihatnya pembatas jalan akibat tertutup banjir membuatnya harus lebih berhati-hati.
Bila lengah sedikit, bisa saja truk yang dibawanya menghantam separator Busway atau malah terperosok saluran air.
"Lebih sulit bawa di banjir kayak gini, resikonya terlalu gede. Tapi mau gimana lagi, saya kan cuma sopir aja, disuruh bos angkut ya saya ikuti," ujarnya.
TONTON JUGA: