Awal Dipikul hingga Jadi Pelopor Dagang di Blok S
Sebelum namanya menjadi terkenal, usaha Bakso Kumis dirintis dari nol.
Hidayat mengatakan ayahnya, Almarhum Muhammad Zein, tertarik berusaha bakso lantaran mendapat pengaruh dari orang-orang Solo dan Wonogiri di lingkungannya yang kebanyakan berjualan bakso.
Mantan buruh pabrik panci di kawasan Mampang Prapatan itu, memulai merintis usaha bakso dengan cara dipikul berkeliling permukiman sekira tahun 1960-an.
"Setelah itu pada tahun 1970 bapak mulai berkeliling di kawasan Jalan Brawijaya," ungkapnya.
Di kawasan Brawijaya, tepatnya dekat sekolah Pangudi luhur, Zein kerapkali berjualan di sana.
Nama bakso kumis pun sudah banyak dikenal oleh orang.
Namun karena masalah keamanan, Zein lambat laun mencari tempat yang lebih nyaman untuk orang-orang.
"Awal kepindahan dari jalan Brawijaya karena dulu banyak anak-anak muda mabok dan suka berantem," bebernya.
Ia kemudian membuka lapak di kawasan Blok S yang kala itu masih sepi sekira tahun 1991.
Zein bisa dibilang merupakan pelopor pedagang yang berusaha di Lapangan Blok S. Kala itu, Pujasera di lapangan Blok S belum ada.
Sebagian besar masih rawa di sana sebelum pemandangan itu kini tergantikan oleh perumahan disekeliling Pujasera.
"Kita merupakan pelopor di sini. Sebelumnya belum ada pedagang yang jualan di sini (Blok S)," tambah anak kelima dari delapan bersaudara tersebut.
Pengunjung yang mulai berdatangan itu berasal dari langganan Zein saat berada di Jalan Brawijaya. Ia menyediakan sendiri kursi dan meja untuk berjualan.
Saat mulai ramai, ia membuka awning atau canopy sepanjang 16 meter untuk melindungi para pengunjung dari hujan dan panas matahari kala bersantap.