TRIBUNJAKARTA.COM - Nasib memilukan dialami oleh Yanuardi (47) yang bekerja sebagai sopir pribadi di salah satu rumah di kawasan Bintaro Sektor 7, Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Baru sebulan bekerja sebagai sopir pribadi, Yanuardi telah menerima dua kali penganiayaan yang diduga dilakukan oleh majikannya, LW.
Diketahui Yanuardi mulai bekerja di kediaman LW sejak Februari 2020 lalu.
• Lihat Kondisi Pilu Sopir Dianiaya Majikan di Bintaro, Sang Adik Teriak Histeris: Saya Mau Keadilan!
Namun baru satu bulan bekerja, Yanuardi sudah mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dari sang majikan.
Akibat dari penganiayaan yang dilakukan majikannya, sekujur tubuh Yanuardi mengalami luka lebam.
Tak tahan dengan perlakuan majikannya, membuat Yanuardi akhirnya memutuskan untuk melaporkan tindak kekerasan dan penganiayaan tersebut ke Polres Tangerang Selatan pada Kamis (5/3/2020).
Tampak raut wajah Yanuardi yang sedih dan berjalan pincang.
Ditemani sang istri dan beberapa anggota keluarga, Yanuardi langsung masuk ke ruang sentra pelayanan kepolisian terpadu (SPKT).
Dikutip TribunJakarta dari Kompas.com, akibat perbuatan kekerasan yang dialaminya, Yanuardi mengaku masih mengalami trauma berat.
"Saat ini saya masih trauma taruma jika mengingat kejadian," kata Yanuardi saat ditemui di Polres Tangsel.
• Menangis, Sopir di Tangsel Cerita Mau Dipukul Majikan Saat Ajukan Keluar Kerja
Dalam kesempatan yang sama, Yanuardi juga memberikan kesaksian soal perlakuan sang majikan terhadap pekerja yang lain.
Ditengah tubuh yang memar dan jalannya yang pincang, Yuniardi bercerita betapa mencekamnya bekerja dirumah mewah tersebut.
Yanuardi mengatakan, sedikitnya ada 40 pekerja di dalam rumah majikannya tersebut.
Ia mengatakan, bahwa para pekerja itu juga kerap medapat perlakuan yang sama seperti yang diamali Yanuardi.
"Ada 40 orang ada kali. Driver empat, sisanya pembantu laki dan perempuan. Saya dengar juga merasakan (dianiaya) juga," ucapnya.
Meski tidak melihat, Yuniardi yakin pemukulan itu juga dialami pekerja lain di rumah itu.
• Dampak Virus Corona, Harga Temulawak dan Jahe di Tangerang Melonjak Drastis
Dia mendengar bahwa pekerja lain diperlakukan seperti itu di dalam ruangan.
Meski tidak melihat, Yuniardi yakin pemukulan itu juga dialami pekerja lain di rumah itu.
Dia mendengar bahwa pekerja lain diperlakukan seperti itu di dalam ruangan.
Yanuardi mengungkapkan, bahwa penganiayaan dilakukan di ruangan tertutup.
Sehingga tak ada yang tahu perlakuan seperti apa yang diterima ole para pekrja di dalam rumah mewah tersebut.
"Karena mereka mukul itu di ruang tertutup jadi kita lihat keluar udah (luka) ini. Semua begitu makannya banyak yang kabur," ungkap Yanuardi.
Penganiayaan Yanuardi Berawal dari Memanaskan Mobil
Yanuardi mengaku, penganiayaan pertama kali terjadi setelah beberapa hari kerja dengan LW.
Ketika itu Yanuardi diminta untuk memanasi mobil untuk mengantarkan dua cucu LW ke suatu tempat.
"Jam 6 pagi sudah manasin mobil, tapi jam 6 pagi itu harus pakai mobil dua karena cucu dua berarti harus ada dua. Sopir yang satu cuma sediakan satu mobil. Kebetulan saya lagi duduk, dipanggil bapak (LW), disitu saya dipukuli di garasi," jelas Yanuardi.
• Banyak Penimbun, Fasilitas Kesehatan di Jakarta Utara Kekurangan Masker Jenis Alkes
Penganiayaan terulang kembali
Setelah kejadian tersebut, penganiayaan terulang kembali saat Yanuardi diminta menjemput anaknya di Bandara Soekarno Hatta.
Saat itu Yanuardi menjemput majikannya dengan adanya pengawalan terjadi kesalahpahaman hingga menyebabkan plang pintu tol patah.
"Jadi motoris lewat, kemudian saya ikut lewat otomatis plang tertutup dan kena mobil hingga patah, dikira saya enggak nge-tap (bayar tol) . Kemudian saya jalan, kata anaknya selesaikan dulu masalah itu," aku Yanuardi.
• Reaksi Moeldoko Lihat Beda Singapura & Indonesia Cegah Corona, Najwa Shihab Mengangguk-angguk
Setelah masalah tol selesai, Yuniardi kembali melanjutkan perjalanan pulang ke Bintaro. Namun sesampainya di rumah majikan, dia kembali dipanggil dan dipukuli.
"Setelah selesai saya sudah ditunggu bapak, dan kembali terjadi ( dianiaya )," ucap Yanuardi
Akibat penganiayaan tersebut, Yuniardi mengalami lebam pada bagian punggung kiri dan kepalanya.
Pernah Dikira Pura-pura Sakit
Menderita luka memar akibat penganiayan membuat Yanuardi tak dalam bekerja.
Sebelum keluar, Yanuardi yang selama bekerja sebulan itu tinggal di rumah majikannya kembali mendapatkan tekanan.
• Fakta Terbaru Lansia Nekat Rampok 3 Kg Emas di Tamansari, Punya 4 Senjata Api & Ratusan Peluru
Yanuardi dituding berpura-pura sakit oleh majikan, padahal seluruh tubuhnya telah membiru.
"Saya tadi dipanggil bapak dulu. Saya dikira pura-pura sakit, dia bilang, 'Saya tahu orang sakit sama enggak', kata dia. Siap pak, habis ngomong gimana lagi, siap pak aja saya," kata Yuniardi meneteskan air mata.
• Intip Daftar Amalan Sunnah di Hari Jumat
Bahkan, kata Yuniardi, saat itu kembali mendapatkan ancaman aniaya setelah dinilai berpura-pura sakit.
"Saya mau dipukulin lagi, saya bilang jangan. Saya takut. Saya enggak berani menangkis karena orangnya tinggi gede," beber Yanuardi.
Berhasil Keluar dari Rumah Majikan
Yanuardi dijemput keluarganya setelah berhasil keluar dari rumah majikannya di Bintaro Sektor 7 pada Kamis (5/3/2020).
Ia tampak menangis di dalam mobil bersama keluarganya.
Adik Yuniardi juga ikut menangis melihat kondisi abangnya.
"Saya mau keadilan!" teriaknya berkali-kali.
Setelah bertemu keluarganya, mereka bergerak ke Polres Tangsel untuk melaporkan penganiayaan itu.
Yanuardi baru bekerja sebulan di rumah yang terdapat 40 pekerja itu.
Namun merasa tertekan karena dua kali dipukuli majikannya sepanjang Februari 2020.
• BTP Masuk Bursa Calon Pemimpin Ibu Kota Baru, Reaksi Keras Fadli Zon: Luar Biasa Pak Jokowi
Ada Kontrak Kerja
Yanuardi mengemukakan, sebelum diterima ia dan majikan telah membuat kesepakatan melalui kontrak kerja.
Dalam kontrak itu, Yanuardi bisa bekerja sejak awal Februari 2020 hingga dua tahun ke depan.
Akibat kontrak kerja itu, Yanuardi sempat diminta untuk mencari penggantinya.
"Kamu harus cari pengganti, bilangnya gitu. Siapa yang mau kerja, orang saya juga enggak tahu di sini ada pemukulan," kata Yanuardi sambil menahan tangisnya.
(tribunjakarta/kompas)