Namun, saat mendaftar PPDB DKI Jakarta Zonasi Bina RW, data anaknya yang berusia 15 tahun 8 bulan langsung ditolak karena hanya berbeda RW.
"Padahal SMAN 99 Jakarta masih lingkup Kelurahan Cibubur, tetapi karena kami di RW 10 sedangkan sekolahnya di RW 3 maka gak bisa daftar," jelasnya.
Kini, dirinya hanya bisa pasrah dan masih berharap ada siswa yang tidak jadi lapor diri sehingga anaknya masih bisa masuk ke sekolah negeri.
"Ya, saya hanya pasrah masih menunggu di detik terakhir lapor diri. Kalau ke swasta tentu harus nambah biaya lagi padahal kondisinya lagi seperti ini," sambungnya.
Hal yang sama juga diungkapkan orangtua murid lainnya yang tinggal di RW 03 Kelurahan Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan, Echa yang menilai, Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB DKI Jakarta jalur Zonasi Bina RW tidak efektif.
• Pengurus RT/RW yang Antarkan Bantuan Sosial Dapat Uang Jasa, Pemprov DKI Jakarta: Itu Ongkos Kirim
• Ada Pengurus RT Minta Ongkir Salurkan Bansos ke Warga, Pemprov DKI Jakarta: Sudah Transfer ke RW
• Peserta Tes SKB CPNS 2019 Harap Bersiap Karena BKN Segera Rilis Surat Edaran Tahap Selanjutnya
"Di RW saya hanya ada PAUD, masa iya anak saya masuk sana? Sedangkan sekolah lainnya hanya SMA swasta yang saya tidak minat. Ini tidak efektif. Harus banyak sabar," ujar Echa di Jakarta, Kamis (2/7/2020).
Menurut dia, anaknya ingin mendaftarkan diri menjadi siswa SMA negeri.
Echa menyebutkan, hal itu dialami orangtua murid lain yang dikenalnya dan banyak kawasan RW di Jakarta yang tidak memiliki SMP atau SMA negeri.
Echa merasa pesimis anak perempuannya dapat masuk ke SMA negeri pilihannya.
Tak lain, karena sulitnya mencari jalur penerimaan yang tepat untuk anaknya.
Setelah lulus dari SMP Negeri 87, Echa berusia 15 tahun. Penerimaan siswa berdasarkan usia membuatnya tak diterima di sembilan SMA negeri di Jakarta Selatan yang dia daftar.
Padahal, Echa selalu masuk lima besar di sekolahnya. Namun nilainya kalah dengan peserta didik di sekolah swasta Jakarta Selatan yang rata-rata nilai akreditasinya tinggi.
"Mau masuk jalur prestasi, anak saya kembali terpental lantaran akreditasi SMP anak saya 91, kalah dengan sekolah swasta di sini yang akreditasinya 100," ujar Echa.
Sehingga meskipun nilai bagus, jika dikalkulasikan dengan akreditasi sekolah nilai anaknya tidak akan dapat memenuhi syarat jalur prestasi.
Hal itu membuat Echa menyerah dan mendaftarkan anaknya ke SMA swasta.