Antisipasi Virus Corona di Tangsel

Sengkarut PJJ di Tangsel Soal Gawai dan Internet Siswa, Mentoknya Solusi Menteri di Tangan Kadis

Penulis: Jaisy Rahman Tohir
Editor: Erik Sinaga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Tangerang Selatan (Tangsel), Taryono, di Serpong, Jumat (14/8/2020).

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir

TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG SELATAN - Gawai dan internet seperti menjadi kata kunci masalah utama pendidikan pada masa pandemi Covid-19 di Indonesia, termasuk di Tangerang Selatan (Tangsel).

Atas nama antisipasi penularan virus ganas itu, siswa tidak masuk sekolah dan belajar dari rumah atau yang dikenal dengan program pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Metode utama yang digunakan adalah dengan memanfaatkan teknologi digital.

Pengajaran lewat aplikasi telepon video, komunikasi melalui aplikasi pesan singkat, hingga penggunaan mesin pencari untuk menunjang pembelajaran, menjadi perangkat utama metode online PJJ.

Memindahkan kelas 'ke dalam ponsel' bukan perkara mudah, karena tidak semua siswa atau orang tua siswa di Tangsel memiliki ponsel yang memadai untuk mengakomodir belajar online.

Belum lagi yang memiliki keterbatasan ekonomi sehingga tidak mampu membeli paket internet. 

Bak pisau bermata dua, dampak ekonomi pandemi Covid-19, juga berpengaruh terhadap sektor pendidikan. 

5% Siswa Tangsel Terkendala Gawai 

Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan dan Kebudayaan Tangerang Selatan (Tangsel), Taryono, mengungkapkan, sebanyak 5% dari seluruh siswa SD dan SMP, negeri maupun swasta yang ada di Tangsel, tidak bisa mengikuti PJJ secara online.

Taryono tidak menyebutkan jumlahnya, yang jelas angkanya mencapai satuan bilangan ribu.

Presentase 5% didapatnya dari absensi belajar online yang diterapkan sekolah.

"Saya berkeliling ke sekolah-sekolah untuk mendeteksi berapa sih dalam pembelajaran secara online itu yang tidak bisa ikut online. Kira-kira 5%, karena absensi ketidakhadiran ketika online itu sekitar 5%. 5% itu semua dari SD dan SMP, negeri dan swasta," ujar Taryono di Serpong, Jumat (14/8/2020).

Siswa yang berkendala belajar online itu karena tidak punya ponsel ataupun tidak mampu membeli paket internet. 

"Mereka ada juga yang tidak punya internet, ada juga yang punya HP tapi dibawa orang tuanya," ujarnya. 

Halaman
1234

Berita Terkini