"Makanya saya bilang tidak perlu dipaksakan secara online, itu bisa secara offline dengan panduan pembelajaran atau juga dengan home visit," ujarnya.
Home visit pun tidak boleh dibuat berkelompok, hanya satu guru dengan satu siswanya.
Taryono melihat fenomena sejumlah inisiatif warga yang memberikan fasilitas belajar dengan menyediakan ponsel atau laptop dan jaringan internet.
TribunJakarta.com pernah meliput salah satu warkop di bilangan Pondok Aren yang menyediakan jaringan internet dan meminjamkan gawai gratis bagi siswa yang ingin belajar.
Sejumlah siswa yang tinggal di dekat warkop itupun memanfaatkannya untuk belajar.
Namun Taryono menyangsikan itu, dengan alasan, jika siswa yang datang lebih dari satu orang dan terjadi kerumunan, maka akan berpotensi terjadi klaster penularan Covid-19.
"Perlu kami tegaskan, tidak boleh beberapa anak-anak berkelompok kemudian guru datang. Siapa yang bisa menjamin anak yang dikelompokkan itu bisa menjalankan protokol Covid-19, akan jadi klaster baru. Maka terima kasih masyarakat yang peduli tapi mohon maaf, jangan mengundang anak-anak kumpul pada satu titik tertentu," ujarnya.
• 11 Pemain Sepak Bola Terbaik Versi Septinus Alua: Marko Simic dan Boaz Solossa Satu Tim Bareng
• Perbandingan Samsung Galaxy Note20 Series dengan Note10 Series: Layar, Chipset, Kamera hingga S Pen
• Kotak Besar Disiapkan Jordy Onsu & Tim saat Kejutan Ultah, Ruben Onsu Takjub Lihat Isinya: Gede Amat
Sebagai ganti kebijakan Mendikbud internet siswa, Dinas Pendidikan Tangsel sudah bekerja sama dengan salah satu operator seluler untuk memberikan diskon setiap pembelian paket internet.
"Namun demikian, Dinas Pendidikan sudah menjalin kerja sama dengan salah satu operator seluler. Dan di sana ada berbagai kemudahan. Sekolah-sekolah yang sudah nyambung, sudah menindaklanjuti itu, akan mendata nomor HP anak dan itu pulsanya akan lebih murah off 60%, diskon 60%," ujarnya.
Namun Taryono tidak bisa menyebutkan sekolah mana saja yang sudah menerapkan kerja sama dengan operator seluler itu.