TRIBUNJAKARTA.COM - Polisi mengungkap rekam jejak DM, eksekutor penembakan bos pelayaran Sugianto (51) di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
DM ternyata belum pernah menembak sebelumnya.
Ia juga tidak pernah berbuat kriminal sebelum memilih menjadi eksekutor penembakan Sugianto di Ruko Royal Gading Square.
Polisi tak menemukan catatan kriminal yang pernah dilakukan DM.
DM merupakan pelaku penembakan yang disewa oleh dalang pembunuhan Sugianto, NL.
NL merupakan karyawati di perusahaan milik korban.
"Berdasarkan informasi yang kita dapat dan kemudian data, kami tidak menemukan adanya bahwa yang bersangkutan merupakan residivis," ujar Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara Kompol Wirdhanto Hadicaksono selepas rekonstruksi di Ruko Royal Gading Square, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (25/8/2020).
"(Catatan kriminal) sementara belum ada," tambahnya.
Saat jumpa pers Senin (24/8/2020) kemarin, Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana menjelaskan, DM menyanggupi menjadi eksekutor karena memiliki hubungan kekerabatan dengan ayah NL, otak pembunuhan berencana ini.
"Kebetulan para pelaku ini merupakan murid dari ayah NL. Sehingga dengan alasan perjuangan, DM menyanggupinya," ujar Nana di Polda Metro Jaya, Senin (24/8/2020).
Pada 12 Agustus 2020, DM berangkat dari Bangka Belitung menunu Jakarta.
Tiba di Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 14.30, DM dijemput tersangka S, R, dan AJ.
Lantaran belum memiliki keahlian menembak, DM kemudian diajak untuk berlatih.
"DM melatih menembak, dia belum punya kemampuan apa-apa sehingga dilatih oleh saudara AJ dan mereka kembali ke hotel," terang Nana.
Keesokan harinya, jelas Nana, DM tiba di Ruko Royal Gading Square sekitar pukul 08.30 WIB.
"Pukul 12.45, korban keluar dari kantornya. DM berpapasan dan menembak lima kali mengenai punggung dan kepala," ujar dia.
Sosok DM
Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana menjelaskan, DM masuk dalam daftar 12 orang tersangka pembunuhan Sugianto di depan kantornya.
Sugianto ditembak 5 kali dari belakang oleh DM di Ruko Royal Gading Square, Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
"Saudara DM alias D saat itu ada di Bangka Belitung. Kemudian ditunjuk sebagai eksekutor," ungkap Nana saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (24/8/2020).
Nama DM muncul saat sejumlah pelaku merapatkan perencanaan pembunuhan Sugianto di salah satu hotel di Cibubur, Jakarta Timur.
• Ribuan Pekerja Menganggur Saat Pandemi, Asphira Minta Pemkot Tangsel Izinkan Hiburan Malam Buka
• Cinta Istri Kirim Bungkusan untuk Suaminya yang Jalani Isolasi di GOR Tambora
• Pengajar di Depok Meninggal Dunia Diduga Akibat Covid-19, Ini Penjelasan Gugus Tugas
• TKI di Taiwan Ketahuan Selingkuh, Istrinya di Madiun Hancurkan Rumah Gegara Diusir Keluarga Suami
Dalam rapat pada 11 Agustus itu, berkumpullah tersangka NL, R alias M, R, D dan S, untuk membahas cara lain menghabisi Sugianto dengan menembaknya.
Sebelum rapat itu, mereka pernah merancang pembunuhan pada 9 dan 10 Agustus di hotel yang sama.
Hasil rapat dua hari itu, tersangka R berpura-pura sebagai petugas pajak dari Jakarta Utara.
Ia bertugas mendatangi dan mengajak keluar Sugiyanto dari kantornya.
"Setelah diajak dan berharap mau, korban akan dieksekusi di mobil. Namun korban tidak mau sehingga rencana tersebut gagal," ucap Nana.
Sang Insiyur Latih DM Menembak
Akhirnya, pada 10 Agustus mereka rapat lagi dan memutuskan untuk menembak Sugianto.
Mereka bingung karena tidak ada eksekutornya, sehingga ditunjuklah DM.
Setelah dikasih tahu bahwa operasi ini untuk menolong NL yang tidak lain anak dari guru para tersangka, DM pun terbang dari Bangka ke Jakarta.
Pada tanggal 12 siang, DM tiba di Bandara Soekarno-Hatta dan dijemput anggota sindikat lainnya kemudian menuju hotel di Cibubur.
"Saudara DM ini belum punya kemampuan apa-apa untuk menembak. Kemudan dilatih menembak oleh saudara AJ atau Junaidi," terang Nana.
Di hari eksekusi, yaitu 13 Agustus 2020, para pelaku sudah check out dari hotel di Cibubur menuju kantor biro wisaya milik D di Benhil, Jakarta Pusat.
Dari Cibubur, beberapa tersangka di antaranya R, S, DM, J dan D menuju ke Benhil menggunakan Fortuner milik saudara RM.
Setelah mendrop DM dan S di sana, keduanya lanjut naik motor ke kantor Sugiyanto di Kelapa Gading sejak pukul 08.30 WIB.
Motor yang digunakan DM dan S ini dibeli seharga Rp 13.300.000 untuk menunjang operasi penembakan Sugianto.
Kendaraan operasional itu dibeli di Jakarta Utara.
Setelah itu motor tersebut dibuatkan nomor polisi palsu.
Mereka juga membeli jaket dan helm ojol.
DM dan S melihat Sugianto keluar dari kantornya pukul 12.45 WIB.
Lalu, DM mencoba berpapasan dengan Sugianto untuk memastikan targetnya tidak salah.
Setelah berlalu, DM membalikkan badan dan menembak korban dari arah belakang sebanyak lima kali.
"Jadi ada satu tembakan di punggung dan dua di kepala. Tiga tembakan ini yang menyebabkan bersangkutan meninggal," ungkap Nana.
Asal Senjata
Senjata yang digunakan DM untuk menembak Sugiyanto adalah milik AJ dengan merek Browning Arms Company nomor seri NM, kaliber 38 auto.
AJ mendapatkan senjata ini pada 2012 silam seharga Rp 20 juta.
Ia membelinya dari tersangka TH melalui perantara saudara SP.
TH dan SP turut menjadi tersangka kasus ini.
"Ketika saudara AJ membeli senjata Rp 20 juta itu dengan pelurunya ada sekitar 43 butir atau satu kotak," imbuh mantan Kapolda Nusa Tenggara Barat ini.
Otak penembakan terhadap pengusaha pelayaran ini adalah NL. Perempuan berusia 34 tahun ini merupakan karyawati dari korban di PT Dwi Putra Tirtajaya.
Bergabung sejak 2012, NL bekerja di bagian administrasi keuangan. Ia biasa mengurus pajak perusahaan.
Berdasarkan pengakuannya kepada polisi, NL mengaku sakit hati kepada korban sehingga nekat merencanakan aksi pembunuhan berencana.
"NL sering dimaki-maki dengan kata-kata tidak pantas. Selain itu, NL juga sering diajak bersetubuh oleh korban," kata Nana.
Ditambah lagi, korban pernah menuduh NL menggelapkan uang perusahaan.
"Uang yang seharusnya dibayarkan untuk bayar pajak tidak disetorkan," ujar Nana.
Bahkan, lanjut Nana, korban sempat mengancam melaporkan tersangka ke polisi.
"Ini yang membuat yang bersangkutan mengambil inisiatif membunuh korban," jelas dia.
Pada 20 Maret 2020, NL meminta suami sirinya berinisial R untuk membunuh korban. Namun permintaan itu ditolak.
NL kembali meminta bantuan R untuk menghabisi nyawa Sugianto pada 4 Agustus 2020. Kali ini, R mengiyakan permintaan NL.
Tersangka pun menyiapkan uang sebesar Rp 200 juta agar R mencari pembunuh bayaran.
"NL mentrasnfer Rp 100 juta sebagai DP dari rekening miliknya kepada R pada 4 Agustus 2020," kata Nana.
Dua hari kemudian, NL memberikan Rp 100 juta lagi kepada AJ, orang yang menyiapkan senjata api.
"Setelah itu mulailah melakukan perencanaan pembunuhan, dilaksanakan 5 kali. Pertama di rumah NL pada 4 agustus, satu kali pada 5 agustus di Hotel Pakuwon, dan tiga kali di hotel Ciputra, Cibubur, pada 9-12 Agustus," terang Nana.
Pada akhirnya, pembunuhan dilakukan di Ruko Royal Gading Square pada 13 Agustus 2020.
Teriakan Joki
Polisi menggelar rekonstruksi kasus penembakan pengusaha pelayaran di Kelapa Gading, Selasa (25/8/2020).
Dalam rekonstruksi, terungkap bagaimana dua dari total 12 tersangka yang diamankan melakukan pengintaian serta eksekusi penembakan terhadap korban.
Satu pelaku yang dimaksud ialah DM yang merupakan eksekutor penembak korban, Sugianto (51).
Sementara satu pelaku lainnya ialah SY, joki yang memboncengi tersangka DM.
Pada adegan ke 28 A, terungkap bahwa DM dan SY sempat mengintai Sugianto pada saat kejadian Kamis (13/8/2020) siang lalu.
Mereka berdua mengintai dari sebuah warung yang berada di lokasi kejadian, Ruko Royal Gading Square, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Setelah beberapa lama, tersangka SY lalu melihat korban keluar dari dalam ruko miliknya.
Saat itulah SY langsung memberitahukan DM bahwa target sudah terpantau.
"Itu dia orangnya keluar dari kantor!," kata SY kepada DM dalam rekonstruksi kasus di lokasi, Selasa (25/8/2020).
Berlanjut ke adegan ke 28 B, DM berniat memastikan dengan menghampiri korban yang keluar dari kantornya.
DM lalu menghampiri Sugianto dan berjalan ke arahnya sampai saling berpapasan.
Saat itulah, seperti diperagakan di adegan ke 28 C, DM langsung menembak korban dengan senjata yang dibawanya.
Rekonstruksi Diperagakan dalam 44 Adegan
Polisi menggelar rekonstruksi kasus penembakan bos pelayaran di lokasi kejadian, Ruko Royal Gading Square, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (25/8/2020).
Wadir Krimum Polda Metro Jaya AKBP Jean Calvin Simanjuntak mengatakan, rekonstruksi digelar dalam 44 adegan.
"Dari penyidik Polda Metro Jaya telah melakukan rekonstruksi 44 adegan. 44 adegan ini dibagi menjadi dua tahapan," kata Calvin di lokasi.
Tahapan pertama rekonstruksi terbagi ke dalam 36 adegan yang digelar di Polda Metro Jaya dan di Ruko Royal Gading Square.
36 adegan tersebut terkait dengan pembunuhan berencana yang dilakukan 10 dari 12 orang tersangka.
"Tersangka 10 orang ini dibagi menjadi tiga peran. Peran pertama adalah mastermind, penggagas yang menginisiasi terjadinya pembunuhan berencana. Yaitu tersangka NL dan tersangka MM (suami siri NL)," ucap Calvin.
Peran-peran lainnya yang diperagakan dalam rekonstruksi ini adalah bagaimana para tersangka menyiapkan senjata api serta melakukan penembakan terhadap korban.
"Eksekutor ini ada dua orang, yang pertama adalah DM yang langsung melakukan eksekusi dengan menggunakan senjata api. Dan satu lagi tersangka SY yang sebagai joki," ucap Calvin.
Selain 36 adegan terkait proses pembunuhan berencana, polisi juga melengkapinya dengan kasus kepemilikan senjata api ilegal yang digunakan untuk menghabisi nyawa korban.
"Inilah perolehan senpi, sehingga pengembangan kasus 340 pembunuhan berencana dan 338 diketahui ada kejadian lainnya, yaitu perolehan kepemilikan senjata api. Yaitu pasal 1 ayat 1 UU Darurat nomor 12 tahun 1951," jelas Calvin.