Fadli Zon menyatakan, memenangkan hati dan pikiran orang Sumbar tidak mudah apalagi dibeli dengan uang.
• Lebih Pilih Fahri Hamzah Daripada Fadli Zon, Alasan Yunarto Wijaya Buat Helmy Yahya Tertawa Ngakak
Hal itu sudah menjadi karakter jauh sebelum Indonesia merdeka.
"Karakter itu sulit untuk diubah, dan pernyataan (Puan, red) itu mungkin maksudnya tidak ada niat jelek. Sayangnya tidak diralat dengan cepat," jelas Fadli Zon.
Rekan Fahri Hamzah itu menyatakan, jika diralat lebih cepat dan akan lebih memudahkan untuk klarifikasi.
Pernyataan itu dinilainya membangkitkan semacam rasa etnonasionalisme.
"Karena orang Minang ini secara sejarah, punya banyak peran sejarah di masa lalu. Setidaknya ada tiga yang ikut merumuskan pancasila dari sini, Mohammad Hatta, M Yamin, Agus Salim," papar Fadli Zon.
Fadli Zon bahkan menyatakan, pahlawan nasional yang jumlahnya hampir 15 persen dari keseluruhan tokoh pahlawan nasional.
• Kisah Asmara Devi Kenalan di Grup WA Berujung Perlaminan, Nikah Pakai Atribut Ojol
Meski demikian, bukan berarti tidak ada kontribusi dari yang lain, tetapi kebetulan di masa itu banyak sekali peranan tokoh Minang.
FOLLOW JUGA:
Fadli Zon menyatakan, majalah Tempo pernah membuat serial 4 pendiri republik dan 3 di antaranya orang Minang.
"Saya selalu mengatakan secara provokatif, berarti negara Indonesia ini sahamnya 75 persen orang Minang. Saya termasuk orang yang menginginkan Bukittinggi menjadi kota perjuangan," terang Fadli Zon.
• Pilkada 2020 Digelar di Tengah Pandemi, Yunarto Wijaya Ungkap Tantangannya: Petahana Diuntungkan
Hal itu agar Bukittinggi diperhatikan khusus, seperti halnya Surabaya dijuluki Kota Pahlawan.
"Jadi kalau kota perjuangan Bukittinggi, maka dia punya saham dan anggaran dari pusatnya harusnya spesial," ucap Fadli Zon.
Bukittinggi,lanjut Fadli, memiliki peran yang sangat krusial karena pernah menjadi ibukota negara pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
"Alasannya cukup jelas, karena di Sumatera Barat pernah menjadi kekuatan negara di saat sangat-sangat krusial. Kalau tidak ada PDRI, tidak ada namanya Republik Indonesia lagi," tegas Fadli Zon.