''Jangan Menangis Ayah Sudah Tua, Ayah Tidak Takut Masuk Penjara''

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tan Nam Seng terlihat berdiri tenang di depan mayat menantunya Spencer Tuppani di sebuah kedai kopi di Jalan Boon Tat, kawasan bisnis Singapura. Tan membunuh Tuppani pada siang bolong, 10 Juli 2017.

TRIBUNJAKARTA.COM - "Ayah sudah melakukannya. Jangan menangis. Ayah sudah tua. Ayah tidak takut masuk penjara."

Ucapan Tan Nam Seng tiga tahun silam kepada putrinya Shyller Tan dari balik telepon seluler, terbukti dikabulkan pengadilan pada Senin (21/9/2020).

Saat berjalan menuju kantornya, Tan melihat Spencer Tuppani sedang menikmati makan siang.

Perlahan menghampiri menantunya itu, Tan meluapkan emosinya sambil berujar, "Kamu memang keterlaluan!"

Tiba-tiba tangan Tan merogoh pisau dari dalam tas dan menyarangkannya tiga kali ke dada Tuppani.

Jam menunjukkan pukul 13.20 siang waktu Singapura, tanggal 10 Juli 2017.

Cumbui Istri Orang Waktu Subuh dan Magrib, Oknum Satpol PP Ini Ngaku Cuma Pegang-pegang

Banyak mata mendadak melihat Tan membiarkan Tuppani menjauh dari kedai kopi di Jalan Telok Ayer dengan luka tusuk.

Ia menyaksikan detik-detik Tuppani berlari, sempat jatuh pingsan di restoran sebelah Jalan Boon Tat.

Tan Nam Seng terlihat berdiri tenang di depan mayat menantunya Spencer Tuppani di sebuah kedai kopi di Jalan Boon Tat, kawasan bisnis Singapura. Tan membunuh Tuppani pada siang bolong, 10 Juli 2017. (STOMP SINGAPORE)

Sampai akhirnya, Tuppani meninggal dunia di tempat.

Dua kali sepakan Tan mendarat di muka mayat menantunya.

Sementara orang-orang membuat kerumunan kecil menjaga jarak, melihat apa yang terjadi.

Tan tidak seperti pembunuh. Tubuhnya sedikit tambun, berkemeja putih lengan pendek dimasukkan ke celana bergesper.

Ia berdiri begitu tenang, memandangi mayat Tuppani.

Rangkuman Kejahatan dan Pergerakan Fajri dan Laeli setelah Mutilasi Rinaldi Hingga Kuasai Hartanya

"Ini menantu saya. Tidak perlu tolong dia. Dia pantas mati," begitu maklumat Tan kepada orang-orang di sekeliling.

Pisau berlumur darah menantunya ia letakkan dengan tenang di samping meja.

Tan lalu duduk menunggu polisi datang.

Dari balik telepon seluler, Tan menghubungi putrinya Sherly sekaligus istri Tuppani.

Tanpa memberikan perlawanan, Tan membiarkan polisi membawanya.

Dia mengaku bersalah telah menghabis menantunya di pengadilan.

Sepanjang proses pengadilan, Tan berulang mengatakan perbuatannya bukti kasih sayang ayah kepada putrinya.

Ia depresi karena diliputi kecemasan akan nasib kehidupan putrinya, disertai konflik dengan Tuppani.

Tiga tahun berlalu setelah pembunuhan di pusat distrik bisnis, Tan divonis 8,5 tahun penjara.

Menurut laporan The Straits Times, Pengadilan Tinggi Singapura memastikan pebisnis berusia 72 tahun itu terbukti secara sah dan meyakinkan membunuh Tuppani.

Terjawab Mayat Pria Berbaju Koko di Sumur Belakang Rumah Kosong, Sang Istri Sempat Curhat di Medsos

“Ayah sangat mencintai keluarganya. Tidak ada yang ingin hal ini terjadi,” ujar Shyller setelah mengetahui vonis yang harus dijalani ayahnya.

Akhirnya, pebisnis tusuk menantu hingga tewas, itu kini harus menjalani hidupnya di balik penjara.

Tan Nam Seng tiba di Pengadilan Singapura pada 12 Juli 2017, dua hari setelah dia membunuh menantunya Spencer Tuppani di jantung pusat distrik bisnis Singapura. (TODAY FILE PHOTO)

Konflik Mertua dan Menantu

Tindakan Tan terhadap Tuppani tidak sesederhana seperti yang dibayangkan.

Investigasi otoritas kepolisian Singapura mendapati bahwa Tan adalah mertua Tuppani.

Tan rupanya sudah lama memendam kemarahan mengenai perlakuan Tuppani terhadap istrinya, Syhller, sekaligus putri Tan.

Pelaku menyebut Tuppani, yang sudah dianggapnya sebagai putra sendiri, telah mengkhianatinya.

Persidangan menyatakan, keluarga Tuppani termasuk ibu dan adiknya tinggal di rumah Tan.

Tuppani bahkan mempekerjakan mereka di perusahaan yang dipimpin mertuanya.

Tan tidak keberatan dan mengizinkannya.

Masih Layani Makan di Tempat, Bangku dan Meja Makan PKL di Pluit Diangkut Petugas

Berjalannya waktu, hubungan mertua dan menantu itu mulai retak.

Bermula ketika Tan mendapati Tuppani memiliki dua anak dari selingkuhannya.

Bahkan, Tuppani rupanya diam-diam berencana menceraikan Shyller.

Dia merekam pertengkarannya dengan istri yang sudah dinikahinya 12 tahun itu untuk dijadikan bukti gugatan perceraian.

Tuppani mencoba meyakinkan mertuanya, kalaupun perceraian harus terjadi dia tidak akan meminta hak asuh anak.

Kesabaran Tan akhirnya habis ketika dia dan putrinya hanya mendapatkan separuh uang dari hasil penjualan perusahaan yang dipimpinnya.

Tuppani adalah sosok yang mendesak Tan untuk menjual perusahaan yang dirintis dengan susah payah oleh Tan pada tahun 1974.

Adapun alasan penjualan karena kondisi keuangan perusahaan yang tidak begitu sehat.

Tan yang mengakui kemampuan berbisnis Tuppani, memilih mempercayakan segalanya kepada si menantu.

Ia semakin yakin bahwa sejak awal Tuppani telah merencanakan untuk menceraikan putrinya.

Kenalkan Echinacea: Disebut Mampu Atasi Flu dan Kurangi Gejala Gangguan Mental

Tuppani juga ingin merebut kendali perusahaan, dan mengambil hak asuh anak.

Kondisi kesehatan fisik dan mental Tan perlahan merosot dan dia mengalami susah tidur.

Seperti itulah yang ia ucapkan kepada Shelry, setelah membunuh suaminya.

"Ayah tidak bisa tidur kemarin malam," ucap Tan.

Artikel ini disarikan dari berita Kompas.com berjudul: Tak Terima Putrinya Diselingkuhi, Mertua Bunuh Menantu di Kedai Kopi

Berita Terkini