Sisi Lain Metropolitan

Kisah Yusuf Sarwo Edi, Petugas Damkar Ciganjur yang Ahli Urut dari Cimande

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Yusuf Sarwo Edi, petugas damkar Ciganjur, tengah mengurut tangan pasien (baju merah) yang patah di Pos Damkar Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (23/11/2020).

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, JAGAKARSA - Sebagai seorang petugas pemadam kebakaran (damkar), Yusuf Sarwo Edi (42) bukan saja bergulat dengan urusan api dan evakuasi.

Kedua tangannya juga piawai mengurut tulang pasien yang cedera.

Ilmu pijat dan urut didapatnya dari Cimande, kampung pengobatan tulang tradisional nan tersohor itu.

Pos Damkar Ciganjur, di Kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan, terkadang mendadak berubah menjadi balai pengobatan tulang tradisional bagi Yusuf.

Bila sedang berdinas, banyak pelanggannya yang datang ke pos damkar untuk minta diurut.

Yusuf terkenal piawai dalam mengobati pasien yang mengalami patah tulang. 
Namanya dikenal dari mulut ke mulut.

Baca juga: Ini Kata Pangdam Jaya Terkait Polemik HRS: Mulai Dari Perasaannya Hingga Kehidupan Pribadinya

Ilmu urut dan pijat itu didapatnya sejak remaja. Ketika sang kakak, seorang pesilat, memasukkannya ke perguruan pencak silat Padjajaran Cimande.

"Ketika masih kecil dulu saya hobinya berkelahi. Kakak saya pernah bilang "lo senangnya berantem, biar dapet piala mending ikut silat lo", ujarnya kepada TribunJakarta.com pada Senin (23/11/2020).

Saat bergabung, ia pernah merasa takabur dengan menganggap remeh perguruan tersebut.

Baca juga: Polisi Masih Buru Pelaku Begal Motor Guru Ngaji di Bekasi, Tiga Saksi Diperiksa

Yusuf sering babak belur ketika berlatih. Ia menyadari bahwa teknik dibutuhkan dalam memelajari pencak silat bukan sekadar berkelahi.

Selain itu, ia menemukan keunikan dari perguruan silat Cimande. Menurut Yusuf, perguruan itu memberikan ilmu urut dan pijat kepada muridnya.

"Uniknya di Cimande itu kok setiap habis dilukai, kita disembuhkan lagi. Saya jadi termotivasi karena itu," lanjutnya.

Ia mulai tertarik dengan pengobatan tradisional itu

Yusuf pun menjadi murid setia dari Tubagus Moch Jamhari, seorang guru besar perguruan pencak silat tersebut.

Selama bertahun-tahun, Yusuf memelajari teknik memijat dengan sosok guru yang dikaguminya itu.

Baca juga: Jelang Musim Hujan, Pemkot Jakarta Timur Siapkan 262 Posko Pengungsian Korban Banjir

"Proses belajarnya tidak mudah. Membutuhkan tenaga dalam untuk membetot tulang yang patah. Ada latihan khusus juga," jelasnya.

Ia menjadi asisten Jamhari ketika sedang memijat pasien. 

Selama mendampingi Jamhari itu yang tak kenal waktu, Yusuf menuai ilmu dalam memijat.

"Saya suka ikut mendampingi beliau, pokoknya enggak pernah bilang kata tidak. Mau jam 1 pagi atau jam 2 pagi, saya ikut berangkat," ucapnya.

Tanpa sepengetahuan Jamhari, Yusuf pernah mencoba mengurut seorang pembantu rumah tangga yang mengalami patah tulang di tahun 2000.

Yusuf Edi Prabowo sedang mengompres kaki kiri bocah berusia 11 tahun yang mengalami patah tulang di Pos Damkar Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (23/11/2020). (Satrio / Tribun Jakarta)

Ia memberanikan diri mengurut meski belum pernah menyembuhkan penderita patah tulang.

Yusuf mengurut menggunakan minyak asli Cimande dan mengurutnya berdasarkan pengalamannya melihat gurunya itu. Selama satu bulan satu minggu, pasien itu dirawatnya.

"Ketika kaki pasien itu saya perlihatkan kepada guru besar, dia memuji saya. Katanya udah pintar mengurutnya," katanya lagi.

Sebelum Jamhari tutup usia pada tahun 2008, ia menitipkan pesan kepada Yusuf dan murid-muridnya yang lain untuk mewarisi ilmu urut dan pijatnya kepada orang yang membutuhkan.

Ia juga berpesan agar jangan mematok harga ketika mengurut.

"Karena itu kan musibah, pasti tidak ada yang mau. Pesannya jangan pasang tarif," tambahnya.

Jadi Petugas Damkar

Sembari mengurut, Yusuf juga bekerja sebagai karyawan di bagian perawatan dan perbaikan AC.

Namun, suatu ketika, ia ditawari pekerjaan sebagai petugas damkar oleh pamannya.

"Kalau damkar sebenarnya itu bukan impian dan tidak ada garis keturunan juga. Paman sempat menawarkan pekerjaan itu. Saya serahkan foto lamaran waktu sedang silat. Ternyata, dipanggil lulus tes sampai 4 kali," ungkapnya.

Pada tahun 2005, ia resmi menjadi petugas damkar. 

Sosok Petugas damkar Yusuf Sarwo Edi, yang ahli urut dari Cimande di Pos Damkar Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (23/11/2020). (Satrio / Tribun Jakarta)

Di Pos Damkar Lebak Bulus, tempatnya pertama kali bekerja, Yusuf sudah menggelar praktik pijat di sana.

"Saya pernah 12 tahun di Pos Lebak Bulus, itu dikasih ruangan sama Komandannya untuk urut pasien," ujarnya.

Menurutnya, pimpinan merespons baik apa yang dilakukannya. Sebab, keahliannya sama seperti pekerjaan mereka yang menolong masyarakat.

Ia beberapa kali pindah ke sejumlah pos dari Lebak Bulus, Srengseng Sawah dan Ciganjur. Yusuf sudah pernah mengurut pasien di ketiga pos tersebut.

Untuk membantu warga, Yusuf selalu membeli minyak urut asli buatan Cimande.

(Dari kiri) Yusuf Sarwo Edi tengah membopong seorang anak yang mengalami patah tulang dibantu oleh rekan sesama petugas damkar Anton Supriyadi usai diurut di Pos Damkar Ciganjur pada Senin (23/11/2020). (Satrio / Tribun Jakarta)

Baca juga: Dandim Jaksel Kolonel Ucu Yustiana Pastikan Baliho Liar di Jalan-jalan Protokol Sudah Diturunkan

"Karena ada sebuah keharusan, minyak kalau bukan dari Cimande ya bukan dari sana. Artinya, kita disuruh untuk silahturahmi. Kalau beli saya biasanya 12 sampai 20 botol kecil. Enggak sampai satu bulan sudah habis," jelasnya.

Banyak petugas damkar yang tertarik untuk belajar mengurut dari Yusuf.

Ia dengan senang hati berbagi ilmu kepada rekan-rekannya di damkar.

Sembari mengurut di pos, Yusuf membagi tugas kepada beberapa rekannya itu untuk turut terlibat saat pengurutan.

"Saya tertarik belajar kepada Yusuf, karena ingin melihat pasien yang sakit menjadi sembuh," ujar Ridwan (29), salah satu petugas damkar.

Berita Terkini