Viral Gunung Gede Pangrango Terlihat dari Kemayoran, Pesona Gunung yang Menyihir Soe Hok Gie

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Pendaki di Gunung Gede Pangrango. Pesona Gunung Gede Pangrango terlihat dari kawasan Kemayoran Jakarta Pusat pada Rabu (17/2/2021) kemarin.

Era 1970an, ada penelitian perubahan tekanan darah oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Lembah Mandalawangi lewat pengambilan sampel darah pendaki Mapala UI.

Saat itu, sampel darah langsung diterbangkan ke Lapangan Borobudur, Jakarta menggunakan helikopter.

"Waktu itu seminggu di Mandalawangi. Dicek darahnya, naik sepeda statis, VO2MAX paru-paru. Di sana dibuat karena ketinggian Mandalawangi," ujar Wisnu yang juga mengikuti penelitian itu.

Kini, Mandalawangi masih tetap menjadi favorit tujuan pendakian bagi sejumlah orang.

Hingga tanggal kelahiran Soe Hok-Gie pada 17 Desember 2018, Mandalawangi tetap memesona bagi penggemarnya.

Penjelasan Fotografer

Pemandangan Gunung Gede Pangrango dilihat dari Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (17/2/2021) pagi. Gunung Gede Pangrango Punya Sederet Kisah Mistis Bagi Pendaki. (Ari Wibisono/Instagram wibisono.ari)

Ari mengatakan, dia sengaja mengambil foto Jakarta dengan latar belakang Gunung Gede Pangrango.

Menurut dia, terlihatnya gunung tersebut menandakan kualitas udara di Jakarta sedang bersih.

"Sengaja lagi hunting naik motor lewat flyover Kemayoran arah Gunung Sahari. Pas di jembatan, saya berhenti," ujar dia kepada Kompas.com. "Pukul 06.20 WIB sampai jam 07.00 WIB, gunung masih terlihat gagah. Jelang jam 07.30 WIB, gunung mulai hilang pelan-pelan," tambah dia.

Penjelasan Pemandangan Gunung Gede Pangrango

Seperti diberitakan Kompas.com, Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Syaripudin mengatakan penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar ( PSBB) selama pandemi Covid-19 berdampak positif bagi lingkungan.

Syaripudin mengatakan hal itu bisa terlihat dari kualitas udara dan pandangan langit Jakarta yang tidak lagi berkabut karena polusi udara, sehingga membuat pemandangan Gunung Gede Pangrango terlihat dari Kemayoran, Jakarta Pusat.

Lebih lanjut Syaripudin mengatakan bahwa selama PSBB berlangsung, banyak pembatasan aktivitas warga dilakukan, mulai dari tempat kerja, fasilitas sosial dan fasilitas umum hingga transportasi umum.

Menurut Syaripudin, dengan rendahnya mobilitas warga Jakarta yang bepergian ke luar rumah, maka pencemaran udara dari kendaraan umum dan tempat industri menjadi berkurang.

Kadarsah, Koordinator Bidang Analisis Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) membenarkan bahwa PSBB di masa pandemi virus corona ini berkontribusi terhadap penurunan tingkat polusi udara di ibu kota Jakarta.

"Pertama memang faktor-faktor yang memengaruhi polusi itu jelas, sumber polusinya yaitu aktivitas manusia. Ketika PSBB dilakukan, aktivitas manusia termasuk polusi udara juga berkurang," kata Kadarsah saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/2/2021) saat dimintai tanggapan soal pemandangan Gunung Gede Pangrango dan langit Jakarta yang cerah.

Baca juga: Bedeng di Kampung Akuarium Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 20 Juta

Baca juga: Hujan Deras, Kantor Kelurahan Tegal Parang Jaksel Terendam Banjir

Baca juga: Jahe Ternyata Bisa Redakan Asma Secara Alami, Intip 6 Ramuan Tradisional dengan Khasiat Serupa

Polusi udara Jakarta dicuci hujan

Kendati demikian, pemandangan langit cerah hingga tampak pemandangan Gunung Gede Pangrango ini juga turut diperkuat oleh kondisi curah hujan yang turun di wilayah Jakarta.

Kadarsah mengatakan dari beberapa pengamatan polusi terlihat mengalami penurunan dan saat hujan, Selasa (16/2/2021) malam, polusi yang ada di udara semakin berkurang.

Jadi, ketika hujan yang terjadi mulai Selasa (16/2/2021) mengguyur wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, maka, kata Kadarsah, polusi yang ada di udara semakin berkurang akibat dicuci oleh curah hujan yang lebat.

"Dalam ilmu meteorologi klimatologi, disebut dengan deposisi basah," kata Kadarsah.

Mekanisme wet deposition atau pengendapan basah ini, kata Kadarsah, membersihkan polusi dengan menurunkan polutan-polutan yang ada di udara, dicuci atau dibersihkan dengan curah hujan yang tinggi.

"Semakin tinggi curah hujannya, maka polutan-polutan di atmosfer atau udara akan mengendap," jelas dia.

Sederhananya, polutan yang melayang di udara dijatuhkan oleh butiran-butiran hujan. Semakin lebat hujan yang turun, maka semakin banyak polutan di udara yang dijatuhkan atau dibersihkan.

"Ini fenomena yang biasa dan sering terjadi," imbuh Kadarsah.

Berdasarkan data BMKG, Peta Observasi Curah Hujan Kemarin, 16 Februari 2021 mulai pukul 07.00 WIB hingga 17 Februari 2021, pukul 07.00 WIB, menunjukkan curah hujan tinggi di sejumlah wilayah di Jabodetabek.

Kadarsah menjelaskan terlihat curah hujan di Tangerang lebat, juga di Kelapa Gading dan Kedoya, ditunjukkan dengan warna merah.

"Tangerang dan Kelapa Gading hujan sangat lebat, sebab lebih dari 100 mm/hari," imbuh Kadarsah.

Bahkan, curah hujan yang terjadi sebelumnya juga menunjukkan angka yang cukup tinggi.

Sehingga semakin memperkuat proses wet deposition yakni yang membersihkan polusi udara dan membuat langit Jakarta sangat cerah pada Rabu (17/2/2021) pagi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenang Gunung Pangrango, Tempat Favorit Soe Hok-Gie Naik Gunung", .

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gunung Gede Pangrango Terlihat dari Kemayoran, Kualitas Udara di Jakarta Masuk Kategori Baik"

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gunung Gede Terlihat dari Kemayoran, Benarkah PSBB Bersihkan Polusi Jakarta?", 

Berita Terkini