Sisi Lain Metropolitan

Pernah Jadi Juru Parkir & Debt Collector, Arman Depari Terkenal Dengan Sebutan Jenderal Gondrong BNN

Penulis: Nur Indah Farrah Audina
Editor: Wahyu Septiana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Arman Depari saat ditemui di Kantor BNN, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (22/3/2021) - Terkenal dengan sebutan Jenderal Gondrong, Deputi Pemberantasan BNN Drs. Arman Depari sempat menjadi juru parkir hingga debt collector.

Namun seiring tanggung jawab yang diembannya ia mulai mempelajari berbagai hal terkait jenis dan penggunaan dari barang haram tersebut.

"Dulu belum mengerti banyak soal narkoba. Lalu akhirnya mulai banyak belajar," katanya di Kantor BNN, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Mengemban tanggung jawab lebih besar, mantan Kapolda Kepulauan Riau tahun 2014-2016 ini rupanya memiliki banyak cerita menarik yang masih terkenang hingga kini.

Kisah tersebut ternyata membawanya selamat dari maut ketika melakukan pengembangan kasus dan mengejar target operasi.

Baca juga: 5 Fakta Pria Lompat dari Apartemen Ambassador: Potongan Kaki Terpental hingga Motif Ekonomi

Satu diantara cerita tersebut ialah kala ia berhasil menggagalkan penyeludupan 21 paket berisi sabu seberat 436,30 kilogram di Kepulauan Seribu.

Usai pengembangan kasus, pada Januari 2021 lalu, Arman dan anak buahnya berangkat ke Kepulauan Seribu.

Di tengah cuaca buruk, Arman sudah melihat pantauan cuaca dari BMKG.

Disebutkan akan terjadi badai dan hujan petir, Arman hanya bisa pasrah dan terus berdoa.

Ketar-ketir, Arman sempat merasa ragu sampai seorang dari timnya memulai percakapan lebih dulu ketika ombak besar datang.

"Pak kalau ombaknya agak besar, kita balik aja," kata rekannya.

Deputi Pemberantasan BNN, Arman Depari memberikan keterangan mengenai 'lemang ganja' yang diamankan di Jalan Raya Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/2/2021) dini hari. (TribunJakarta/Nur Indah Farrah Audina)

"Yaudahlah," sahutnya tegas.

Masih terus berdoa, akhirnya ombak besar mulai menghilang dan air laut kembali tenang.

"Ceritanya ombak besar. Lalu kita jalan sambil berdoa. Tapi yang tadinya menurut BMKG badai petir justru tenang," jelasnya.

"Memang cuacanya kan seperti itu. Sempat saya baca juga pukul 21.00 WIB itu akan badai dan hujan petir. Saya juga sempat ragu. Saya pantau BMKG sebelum naik kapal dari Pantai Mutiara. Saya berdoa terus. Untungnya tak separah itu," tambahnya.

Sayangnya, ketika cuaca sudah bersahabat, ujian lain justru datang ketika melakukan pengejaran target.

Halaman
1234

Berita Terkini