TRIBUNJAKARTA.COM - Seorang waria Silvi Mutiari atau akrab disapa Mbak Wolly mengubah salonnya menjadi tempat belajar mengaji.
Salon tersebut berada di gang sempit Kampung Randusari RT 06 RW 01, Semarang Selatan, Kota Semarang.
Dinding salon tersebut beberapa kaca lebar dan deretan alat kecantikan.
Dari dalam salon terdengar suara merdu orang melafalkan Alquran.
Suara tersebut berasal dari anak-anak dan ibu-ibu yang tampak semangat belajar mengaji di salon tersebut.
Mbak Wolly pun menceritakan alasannya mengubah salonnya menjadi tempat belajar mengaji.
Ia mengungkapkan mengajar mengaji kepada para ibu dan anak di lingkungan sekitarnya bukanlah kemauannya.
Aktivitas mengajar mengaji tersebut bermula saat ustadzah di kampungnya memilih tak mengajar lantaran pandemi Covid-19.
Para tetangga di dekat rumahnya lantas menunjuknya untuk mengajar mengaji ke anak-anak dan para ibu.
"Mereka tak mau adanya pandemi lalu libur mengaji."
"Mereka lantas menujuk saya untuk mengajari ngaji," terang Ketua Persatuan Waria Semarang (Perwaris) Kota Semarang itu.
Dia mengatakan, anak-anak yang belajar mengaji di tempatnya ada empat orang.
Sedangkan para ibu ada sekira 10 orang.
Tak hanya belajar mengaji, mereka juga rutin melakukan kegiatan rutin berupa yasinan dan tahlilan.
"Saya ikhlas secara sukarela mengajar ngaji mereka."
"Saya ingat dahulu tidak mudah juga mencari ilmu sehingga saya ingin berbagi ilmu."
"Sekaligus sebagai ladang ibadah terutama selama Ramadan ini," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (14/4/2021).
Meski sukarela, masih ada selentingan dari orang yang menyebut kalau mengajar di tempatnya harus bayar mahal.
Padahal belajar mengaji di tempatnya tak dipungut biaya apapun.
Biasanya yang berkomentar seperti itu lantaran belum kenal lebih dekat dengannya.
"Datang rutin saja sudah bayaran bagi saya sebab ada kepuasan tersendiri selama mengajar ngaji," terangnya.
Dia berucap, memang ada orangtua yang memberikan uang kepadanya sebagai ungkapan terima kasih lantaran anaknya diajari mengaji.
"Kalau ada yang memberi uang biasanya buat subsidi silang dengan cara saya belikan air minum dan makanan yang nantinya disuguhkan saat acara tahlilan atau yasinan," terangnya.
Dia mengungkapkan, selama mengajari mengaji ke para tetangganya tak ada stigma negatif.
Sebaliknya para tetangganya sudah sangat percaya kepadanya.
Begitupun para pemuka agama di tempatnya tinggal tak ada gesekan apapun.
Kondisi lingkungan tanpa protes itu, menurutnya lantaran dia adalah warga setempat di tempat tinggalnya.
Para warga sudah sangat kenal kepadanya.
Apalagi dia dari kecil hingga remaja sudah aktif di kegiatan keagamaan di lingkungannya seperti di remaja masjid.
"Sampai sekarang saya masih ke masjid dari salat Jumat dan tarawih," bebernya.
Kini, baginya, mengajar mengaji adalah sebuah kebahagian tersendiri.
Terutama melihat para muridnya yang antusias mengaji.
Bahkan dia merasa sedih saat beberapa kali aktivitas mengaji harus tertunda karena dia ada pekerjaan merias.
"Sewaktu harus tertunda itu saya merasa berat dan berusaha mengganti waktu mengaji pada malam hari kadang lelah pun tak terasa," paparnya.
Saat itu di hadapan Silvi, seorang anak, Guntur (10), tengah terbata-bata melafalkan huruf-huruf hijaiyah dari buku Iqro.
Silvi mengenakan kerudung warna biru muda dengan sabar mengajari bocah kelas 5 SD itu.
Beberapa kali dia ditegur secara halus oleh Silvi lantaran salah mengeja.
"Saya baru sampai jilid 3, tapi Mbak Wolly sabar kalau ngajar ngaji," terang Guntur kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (14/4/2021).
Tak hanya anak-anak, seorang ibu rumah tangga, Mega (23), merasa betah belajar mengaji di tempat Silvi lantaran sudah tahu kemampuanya dalam mengajar mengaji.
"Saya sudah kenal mbak Silvi sejak kecil."
"Jadi tahulah kapasitas dia soal belajar mengaji," terangnya.
Dia mengatakan, tak memandang soal kondisi Silvi sebagai seorang transpuan.
Baginya, selama orang tersebut mau berbagi kebaikan secara ikhlas, tak perlu dipandang statusnya.
"Sebagai tetangga saya sudah kenal siapa dia, jadi tak ada masalah," terangnya.
Dia melanjutkan, belajar mengaji di tempat tersebut mulai masa pandemi Covid-19.
Belajar mengaji dilakukan jelang magrib sekira pukul 17.00.
Akan tetapi selama Ramadan jadwal dimajukan tepat bada Asar sekira pukul 15.00.
"Kalau Silvi ada job rias di luar kami libur," terangnya.
Baca juga: Besok Hari Kartini 21 April: Ini Sejarah Singkat serta Kumpulan Kutipan Bijak RA Kartini
Baca juga: Pilu Gadis SMP Dicabuli Anak Anggota DPRD, Kena Penyakit Kelamin Hingga Dipaksa Jadi PSK
Peristiwa Serupa
Driver Ojol Mengaji Sambil Tunggu Orderan
Siswanto, driver ojek online asal Solo menjadi sosok inspiratif saat bulan Ramadan 2021.
Sambil menunggu orderan pelanggan datang, Siswanto seorang driver ojek online mengisi waktu luang dengan mengaji.
Siswanto mengakui dirinya banyak menghabiskam waktu di jalanan selama tiga tahun menjadi driver ojek online.
“Semenjak saya menjadi Gojek waktu saya banyak di jalan jarang untuk ibadah seperti membuka Alqur’an,” kata Siswanto dikutip dari TribunSolo.com, Kamis (15/4/2021).
“Makannya saya terpacu untuk mengisi waktu luang dengan membaca Alquran,” ujarnya.
Siswanto tidak seperti kebanyakan driver ojol lainnya yang menghabiskan waktu sampil ngopi menunggu orderan masuk.
Siswanto memanfaatkan waktu luang menunggu pelanggan dengan mengaji dan mengikuti kajian di Rumah Tahfidz.
“Saya memanfaatkan waktu luang saja, sambil menunggu orderan sambil bekerja sambil ibadah juga,” ujar Siswanto.
Siswanto mengaku tertarik dengan program tahfizh yang diinisiasi oleh yayasan dompet tahfizh.
“Awalnya lihat di media sosial terus ada ojol mengaji, saya akhirnya mendaftar dan ikut kelas tahsin,” ujarnya.
Menurutnya banyak driver yang lebih berumur dibanding Siswanto tapi mengikuti program ojol mengaji dan berbagi kajian .
Baca juga: Tidur Sendiri di Rumah, Wanita Kaget Kaki Ditarik, Wajah Ditinju, Mulut Dibekap Tetangga Tak Dikenal
Baca juga: Ramai Aksi Anarkis dan Premanisme saat Ramadan di Tangerang, Polisi Sisir Kegiatan Masyarakat
“Yang sudah tua juga semangat, masa saya tidak, akhirnya saya berfikir untuk ikut,” katanya.
“Pertolongan mana yang akan memberikan syafaat ketika hari akhir nanti, selain kita membaca Alquran,” tambahnya
Ia mengaku semenjak ikut kajian dan mengaji di rumah tahfidz banyak hal yang mengubah dirinya.
“Banyak manfaat, sekarang mendengarkan murotal biasanya musik,” paparnya.
Pengalaman lain ia ceritakan, saat hendak berangkat untuk mengaji tapi ada orderan yang masuk.
Dia mengaku membagi waktu untuk momen seperti itu.
“Tidak resah orderan, yang order tuh pasti ada setiap hari, kita disini (rumah ojol mengaji) satu jam saja dan tidak setiap hari,” tandasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Kisah Inspiratif Ramadhan : Siswanto Tukang Ojol Kota Solo Tunggu Orderan Pelanggan Dengan Mengaji, .
Artikel ini telah tayang di TribunBanyumas.com dengan judul Cerita Transpuan Ubah Salon Jadi Tempat Ngaji di Semarang, Mbak Wolly: Sebagai Ladang Ibadah,