Pelaku Pungli di Tanjung Priok Diciduk

Kontainer di Tanjung Priok Dipaksa Setor Pungli, Preman & Bajing Loncat Siap Ganggu Jika Menolak

Penulis: Annas Furqon Hakim
Editor: Wahyu Septiana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran menunjukkan barang bukti kasus pungli dan premanisme di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok saat konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (17/6/2021).

Sementara kekinian, performa JICT diklaimnya masih sesuai target.

"Impor maksimal 117 menit. Jadi data menunjukkan performa kami itu di bawah target, kinerja kami 109 menit," kata Budi.

Baca juga: Segarnya Suasana Taman Piknik, Ruang Hijau Tersembunyi di Balik Hiruk Pikuk Jalan Raya Kalimalang

Budi pun menilai wajar adanya apabila ada truk trailer yang membutuhkan waktu 1-2 jam untuk proses bongkar muat.

"Jadi kalau ada truk impor buruh waktu 1-2 jam wajar. Pada waktu peak bisa lama lagi. Karena dari gate ke lapangan itu butuh waktu, truk nggak bisa ngebut," kata Budi.

Diberitakan sebelumnya, sopir truk trailer di kawasan sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, mengeluhkan lambatnya proses bongkar muat barang pascapenangkapan puluhan pelaku pungutan liar pekan lalu.

Beberapa hari belakangan, proses bongkar muat dirasakan melambat setelah keberadaan pelaku pungli sudah tak ada lagi sementara ini.

Baca juga: Diterpa Hujan Angin, Pohon Ketapang Setinggi 20 Meter Tumbang Menimpa Warteg di Serpong

Salah seorang sopir truk trailer, Rofiudin (23) mengatakan, sejak tidak ada pungli, bongkar muat barang bisa memakan waktu hingga 5 jam.

"Ngaretnya tergantung kadang 5 jam. Bisa masuk jam 8 malam keluar pagi," kata Rofiudin saat ditemui di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (16/6/2021).

Menurut Rofiudin proses bongkar muat lebih cepat saat sopir truk trailer memberikan uang kepada para operator crane.

Namun, setelah sopir truk diwanti-wanti untuk tidak memberi uang kepada pegawai di dalam pelabuhan, Rofiudin merasakan pelayanan diperlambat.

"Sekarang diperlambat. Gara-gara nggak ada Rp 5 ribu jadi diperlambat," kata warga Serang, Banten itu.

Baca juga: Kasus Positif Meningkat, Bed Occupancy Ratio Covid-19 di Kota Depok Sudah Lebih dari 60 Persen

Rofiudin kemudian mengungkit uang tunai yang harus dikeluarkannya setiap satu ritase pengiriman barang saat para pelaku pungli masih marak.

Lima tahun bekerja sebagai sopir truk, Rofiudin setidaknya harus merogoh Rp 50 ribu untuk membayar pungli.

Selain untuk pegawai di dalam terminal kontainer atau pun pelabuhan, Rofiudin juga kerap kena palak oleh preman-preman jalanan.

Baca juga: Jadwal Euro 2020 Italia vs Swiss: dari 6 Pertemuan, Azzurri Tidak Pernah Kalah

"Itu mulai dari keluar terminal petikemas ekspor impor di Cikarang, Jawa Barat sampai ke Pelabuhan Tanjung Priok ini," kata Rofiudin.

"Kalo dari preman-preman kadang minta goceng (Rp 5 ribu), dia ngotot. Atau kadang Rp 10 ribu," sambung dia.

Berita Terkini