Klimaksnya, kata Hendrik, ketika penerapan PPKM Darurat.
Pembeli yang datang benar-benar sepi dan bisa dihitung dengan jari.
TONTON JUGA
"Nggak mau nyerah saya di situ. Akhirnya saya layani pembelian via WhatsApp."
"Sedikit atau banyak tetap saya antar. Kalau enggak begitu ya mana ada pembelinya."
"Mau putar modal juga bingung," jelasnya.
Mirisnya, selama perpanjangan PPKM ia mengaku jarang mencuci panci mi.
Hal ini lantaran tak ada sama sekali pembeli yang memesan mi.
"Ini benar-benar sulit ya. Selama PPKM itu saya udah jarang cuci panci."
Baca juga: 2 Ganda Putra Indonesia Masih Bertahan di Olimpiade, Ini Lawan yang Dihadapi Minions & The Daddies
"Gimana mau cuci panci, yang beli mi juga nggak ada."
"Ini aja nunggu yang datang beli kopi aja bisa dua jam baru ada," jelasnya.
"Kan katanya sekarang boleh makan tapi 20 menit."
"Ya kalau di warkop saya belum efektif, karena yang belinya juga enggak ada."
"Ya tapi memang harus semangat."
"Gak gulung tikar juga udah syukur alhamdulillah, karena memang sikonnya masih begini kan," tandasnya.