Sayangnya, semangatnya lagi-lagi dipatahkan lantaran berminggu-minggu ia tak mendapatkan pemasukan sama sekali.
"Jadi gini, saya dibayar perkomisi harga penjualan tiket. Pertiketnya dapat 10%. Kalau sewanya enggak ada, saya nggak dapat apa-apa, sementara ini sudah lebih dari seminggu tak ada penumpang," keluhnya.
"Saya sering nggak bawa uang kalau pulang ke rumah. Penumpang enggak ada, apa yang mau dibawa pulang. Yang lain juga merasakan hal yang sama," tambahnya.
Gali lubang tutup lubang
Pemasukan yang tak ada dalam beberapa minggu terakhir membuat Ferdinan memutar cara untuk keberlangsungan hidup keluarganya.
Memiliki dua anak dan satu diantaranya masih kuliah, membuat Ferdinan terus semangat dan tak ingin menyerah.
Ia pun memutuskan untuk meminta pertolongan sanak keluarganya.
Baca juga: Wali Kota Bekasi Ungkap Alasan Ingin Level PPKM di Wilayahnya Turun
"Selama ini saya minta tolong sama saudara. Sekalipun memang saya tahu kehidupan mereka sedang tidak stabil. Tapi mereka masih bantu," ungkapnya.
Namun, ia tak bisa mengandalkan sanak keluarganya.
Bila tak ada uang sama sekali, Ferdinan berhutang dulu untuk membeli sembako agar anak dan istrinya bisa makan.
Mirisnya, akhir-akhir ini ia kerap menyetok mi instan dan telur untuk dimakan setiap hari.
"Ya memang begitu kondisinya. Bukan saya saja, yang lain pun kalau cerita juga sama. Sekarang makannya ya telur atau mi instan saja yang lebih sering," jelasnya.
Beruntungnya, ia mendapatkan istri yang penyabar dan memaklumi kondisinya. Berapapun uang yang didapat Ferdinan selalu diterima dan digunakan sebaik mungkin.
"Mungkin dulu sebelum pandemi sehari bisa bawa pulang minimal Rp 150 ribu (karena kelompok), jadi kan dibagi uang komisinya, tapi sekarang dapat Rp 20 ribu saja susah. Jadi kalau saya kasih uang ke rumah benar-benar dimanfaatkan dengan baik," jelasnya.
Baca juga: Masih Banyak Orangtua Siswa di Bekasi Belum Setuju Anaknya Mengikuti Vaksinasi Covid-19
Ferdinan mengatakan alasannya tetap bertahan lantaran tanggung jawab pekerjaan.