Mengintip Teknologi Canggih Sistem Pengolahan Sampah ITF di Masa Anies Baswedan

Penulis: Dionisius Arya Bima Suci
Editor: Acos Abdul Qodir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masterplan pembangunan pengolahan sampah dalam kota ITF Sunter.

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Guna mengatasi masalah sampah di ibu kota, Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan tengah bakal membangun fasilitas pengolahan sampah berteknologi tinggi.

Menurut rencana, Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA) atau Intermediate Treatment Facility (ITF) bakal dibangun di empat lokasi berbeda.

Dalam proyek ini, beragam teknologi pengolahan sampah akan diterapkan secara tepat guna dan ramah lingkungan dengan cara perubahan bentuk, komposisi, karakteristik dan volume sampah.

Teknologi yang akan digunakan pada proyek ini bakal mengacu pada teknologi FPSA Tebet yang menggunakan teknologi Hydrodrive untuk pemusnahan sampah yang tak bisa dimanfaatkan secara organik dan ekonomi; serta pengolahan sampah organik Black Soldier Fly (BSF).

Baca juga: Pemprov DKI Jakarta Mulai Bangun 2 Fasilitas Pengolahan Sampah Tahun Depan

Masterplan dari pembangunan pengolahan sampah dalam kota Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA) atau Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter, yang sempat diproyeksikan selesai pada tahun 2022 mendatang. (Dok. Jakpro)

Sebagai informasi, pembangunan keempat ITF nantinya bakal diserahkan kepada BUMD PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dan Perumda Pembangunan Sarana Jaya.

Inventor Teknologi Pengolahan Sampah Thermal Hydrodrive Djaka Winarso mengatakan, teknologi ini sudah dikembangkan sejak 2008 lalu.

Teknologi ini dipilih lantaran karakter sampah Indonesia yang cenderung basah dan biasanya bercampur antara organik dan anorganik.

"Itulah kenapa thermal, karena dia bisa menyelesaikan sampah dengan cepat dan volume yang signifikan dan itu yang kita butuhkan," ucapnya dalam diskusi virtual, Jumat (15/10/2021).

Baca juga: Menengok Lagi Proyek ITF Sunter yang Molor Jelang 4 Tahun Kepemimpinan Anies Baswedan

Ia menjelaskan, teknologi pengolahan sampah ini memanfaatkan Superheated Steam sebagai katalisator untuk meningkatkan suhu pada ruang bakar 

Superheated ini juga dimanfaatkan sebagai sumber panas untuk proses pengeringan sampah agar terjadi pembakaran sempurna.

Untuk mengurangi emisi yang dihasilkan, suhu dari perangkat tersebut dijaga pada suhu 850 derajat celcius.

Baca juga: Nasib TOD Simpang Senen Buatan Anies, Lift JPO Atrium untuk Difabel Sudah Tak Berfungsi

Kemudian, perangkat itu juga menggunakan filter asap jenis cyclone wet scrubber yang akan menyaring asap pembakaran untuk menurunkan emisi pada ambang batas yang diizinkan.

"Namun fasilitas ini memang hanya sebagai teknologi, karena yang lebih dari itu, yang ideal, adalah adanya pemilahan di hulu atau berkonsep desentralisasi sehingga sampah terolah dan musnah di dekat sumbernya, tidak ke TPA yang luas," ujarnya.

Hal ini turut diamini Project Officer Ambitious City Promises (ACP) ICLEI di DKI Jakarta Selamet Daroyni yang mengatakan, idealnya pemilahan sampah sudah dilakukan dari sumbernya.

Namun, saat ini baru 49 persen rumah tangga di Indonesia yang melakukan pemilahan sampah untuk menunjang pengolahan sampah dengan teknologi yang berkelanjutan.

Baca juga: DKI Jakarta Siapkan 8.945 Personel Untuk Penanganan Sampah di Musim Hujan

TPA Sumurbatu di Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi. (TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR)

Pihak ICLEI pun menawarkan pengolahan sampah organik dengan teknik Black Soldier Fly (BSF) yang pilot projectnya sudah dikerjakan di kawasan Rawasari, Jakarta Pusat.

Pada pilot projectnya itu, sampah organik yang bisa diolah per harinya mencapai 1 ton dengan menggunakan maggot atau belatung black soldier fly.

Fasilitas tersebut mampu mengurai 356 ton sampah organik per tahun dan mampu mengurangi efek rumah kaca, serta meningkatkan income ekonomi rumah tangga warga.

"Dalam pengelolaan itu melibatkan kurang lebih 7.000 KK," tuturnya.

Ia menyebut, pemilahan sampah, khususnya makanan menjadi tantangan serius dalam sistem pengolahan sampah itu.

Untuk itu, diperlukan aturan atau kebijakan yang bisa dijadikan pedoman bagi masyarakat untuk melakukan pemilihan sedari awal.

"Karena pengelolaan sampah yang berkelanjutan akan berkontribusi terhadap penyelesaian masalah lingkungan di perkotaan dan dapat mendukung upaya penurunan emisi gas rumah kaca," kata dia.

Berita Terkini