Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Pemprov DKI melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memastikan, banjir yang sempat melanda sebagian wilayah ibu kota kini sudah surut.
Tapi, target enam jam surut yang dicanangkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ternyata tidak tercapai.
Data dari BPBD DKI, ada 13 RT yang terendam banjir pada Senin (1/11/2021) kemarin hingga pukul 18.00 WIB.
Banjir di belasan RT itupun baru surut berselang 7,5 jam kemudian.
"Banjir sudah surut semuanya sejak jam 01.30 WIB," ucap Kepala Badan Pusat dan Data (Kapusdatin) BPBD DKI Insaf, Selasa (1/11/2021).
Baca juga: Jakarta Bisa Bebas Banjir, Gubernur Anies Ungkap Cara Ampuh Terbebas dari Genangan Air
Setelah banjir surut, sejumlah petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dan Damkar dikerahkan untuk membantu sisa-sisa lumpur.
Seluruh warga terdampak banjir yang sempat mengungsi pun disebutnya kini sudah kembali ke rumahnya masing-masing.
"Sudah tidak ada (pengungsi). Dari pagi kami sedang melakukan pembersihan," ujarnya saat dihubungi TribunJakarta.com.
Diberitakan sebelumnya, imbas hujan deras yang mengguyur seharian ini, Jakarta kembali dikepung banjir.
BPBD mencatat, ada 13 RT di tiga kelurahan, yaitu Lubang Buaya, Cipinang Melayu, dan Cipinang Muara yang terendam hingga pukul 18.00 WIB.
Banjir terjadi akibat luapan Kali Sunter.
Baca juga: Usulan Anies Soal Iklim Didengar Pimpinan Kota Dunia, Warga Kebon Pala Sudah 3 Hari Kebanjiran
Anak buah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini menyebut, ketinggian genangan cukup bervariasi.
Kelurahan Cipinang Melayu menjadi wilayah dengan kondisi banjir terparah lantaran ada 9 RT yang tergenang dengan ketinggian mencapai 55 sentimeter.
Kemudian, Kelurahan Cipinang Muara ada 3 RT dengan ketinggian air 40 sentimeter.
Sedangkan, satu RT lagi ada di Kelurahan Lubang Buaya dengan ketinggian 40 sentimeter.
Cara ampuh Jakarta bebas dari banjir
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memastikan ibu kota tidak akan kebanjiran bila curah hujan yang mengguyur kurang dari 100 milimeter (mm) per hari.
Hal ini sesuai dengan kapasitas maksimal sistem drainase yang ada di Jakarta.
"Kalau di bawah 100 mm hujannya, maka seharusnya tidak terjadi banjir," ucapnya, Selasa (2/11/2021).
Jika curah air kurang dari 100 mm tapi ibu kota banjir, maka Anies menilai ada kesalahan dalam sistem manajemen.
"Tentunya ada sesuatu yang salah di dalam manajemen," ujarnya.
Baca juga: 4 Tahun Anies jadi Gubernur, DKI Baru Punya Ukuran Penanganan Banjir Setahun Terakhir
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menyebut, penanganan banjir di ibu kota tak bisa lepas dari volume hujan dan debit air sungai.
Sebab, bila hujan yang turun melebihi 100 mm per hari, maka sistem drainase tak akan mampu menampung air sehingga genangan atau banjir bisa terjadi.
"Jadi kami menetapkan target setelah hujan berhenti, bila hujannya di atas 100 mm per hari, maka (genangan) harus dipompa, dikeringkan, dan diberikan target 6 jam," tuturnya.
Selain menargetkan genangan bisa surut kurang dari 6 jam, yang tak kalah penting Anies juga meminta supaya tidak ada korban jiwa selama bencana banjir melanda.
"Ini bagian dari usaha kami untuk terus menerus kami akan evaluasi dan dengan bahan evaluasi itu perbaikan akan terus kami lakukan," kata dia.
Baca juga: Target Anies Banjir Surut dalam 6 Jam Gagal di Kebon Pala, Warga Kebanjiran Sampai 3 Hari
DKI Baru Punya Ukuran Penanganan Banjir Setahun Terakhir
Sebelumnya, Gubernur Anies Baswedan mengakui, baru setahun terakhir ini DKI Jakarta punya ukuran dalam penanganan banjir.
Padahal, Anies sudah menjabat sebagai orang nomor satu di ibu kota sejak 2017 atau empat tahun lalu.
Hal ini diungkapkannya menanggapi bencana banjir yang kembali melanda sebagian wilayah Jakarta beberapa hari terakhir.
"Baru mulai satu tahun ini kita menetapkan ukuran di dalam penanganan banjir," ucapnya, Selasa (2/11/2021).
Dalam sistem penanganan banjir yang dibuatnya, ada dua target utama yang ditetapkan Anies.
Baca juga: Target Anies Banjir Surut dalam 6 Jam Gagal di Kebon Pala, Warga Kebanjiran Sampai 3 Hari
Pertama, ia ingin genangan bisa surut dalam kurun waktu kurang dari enam jam dan tidak boleh ada korban jiwa saat bencana banjir melanda.
Dua target ini pun dijadikan Anies sebagai tolak ukur penanganan banjir di ibu kota.
"Ini bagian dari usaha kita untuk terus menerus kita akan evaluasi dan dengan bahan evaluasi itu perbaikan akan terus menerus kita lakukan," ujarnya di Balai Kota.
Baca juga: Tak Lagi Bisa Prediksi Lokasi Banjir, Kini 267 Kelurahan di Jakarta Punya Alat Ukur Curah Hujan
Soal target enam jam surut yang dicanangkannya ini, Anies menetapkan sejumlah kriteria khusus.
Ia bilang, banjir bisa terjadi bila curah hujan yang mengguyur lebih dari 100 milimeter (mm).
"Kalau di bawah 100 mm hujannya, maka seharusnya tidak terjadi banjir," kata Anies.
Hal yang sama berlaku untuk banjir yang disebabkan oleh luapan sungai.
Anies menyebut, perhitungan waktu enam jam dimulai sejak aliran sungai kembali normal.
"Enam jam setelahnya kalau air sungai tidak turun-turun maka banjirnya akan terus terjadi," tuturnya.
Baca juga: Klaim Penanganan Banjir Jakarta Membaik, Anies: Biasa 3-4 Hari, Sekarang Kurang dari Sehari Kering
Lantaran sistem yang dibuatnya masih seumur jagung, ia menyebut, evaluasi bakal terus dilakukan jajarannya.
Ia pun berharap, ke depannya bencana banjir di DKI Jakarta bisa terus diminimalisir.
"Pengendalian (banjir) kita menggunakan target tensi kami evaluasi terus apa yang membuat sebuah target tercapai dan apa yang membuatnya tidak tercapai," ucapnya.
"Evaluasi dalam rangka perbaikan terus menerus," sambugnnya.