Budianto, Anak ketiga dari Peuh Un Chang alias Acang, bersedia diwawancarai TribunJakarta.com seputar sejarah lahirnya bakmi ini.
Di tengah hilir mudik pelayan mengantarkan mangkuk-mangkuk bakmi dengan aroma sedap, Budi menceritakan sepenggal kisah bakmi rintisan kakeknya itu.
Sejarahnya, tiga orang bernama Asuk, Loa Ka Adut dan satu lagi pemilik tempat yang tidak diketahui namanya hendak membuat sebuah usaha makanan.
Mereka bertiga mendirikan bisnis kuliner bernama Restoran Istimewa di kawasan Jagal Monyet, Petojo sekitar tahun 1960-an.
Asuk, cerita Budi, merupakan orang asal Konghu asli.
Sementara istri Asuk dan istri Loa Ka Dut merupakan kakak adik.
Namun, setahun berselang, Asuk keluar sehingga restoran itu akhirnya bubar.
Baca juga: Menyantap Gurih Bakmi Legendaris Gang Kelinci Pasar Baru di Tengah Pandemi Covid-19
"Kemudian koh Asuk sama koh Adut bubar. Pas bubar masing-masing usaha sendiri," ujarnya kepada TribunJakarta.com pada Minggu (2/1/2021).
Asuk dan Adut kemudian mendirikan restoran bakmi masing-masing.
Loa Ka Dut berjualan bakmi dibantu oleh kedua anaknya Asui dan Acang.
Kedua anaknya ini kemudian memiliki usaha bakmi sendiri yang bernama Bakmi Asui di kawasan Tanjung Duren dan Bakmi Acang di kawasan Grogol.
Saat berjualan pakai gerobak, Acang dibantu saudaranya yang kelak mendirikan Bakmi Alok.
"Mereka kemudian jualan dengan gerobak di Gang Jamblang," katanya.
Sepuluh tahun berselang, tepatnya sekitar tahun 1979, mereka memutuskan berjualan di sebuah garasi rumah milik orang.
Ada orang yang menawari garasi rumahnya dijadikan tempat berjualan Bakmi Acang di sekitaran Jalan Dr Susilo.