Dia adalah Kuat Maruf.
Baca juga: Misteris Uang Rp 2 M dari Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Terkuak, Bukan Imbalan Bunuh Brigadir J?
"Jadi anda (mengatakan) bahwa terbuka peluang ibu Putri ikut nembak?" tanya Rosi.
"Iya terbuka peluang, bisa juga Kuat, kan ada di situ. Alat bukti itu penting," kata Ahmad Taufan Damanik.
Lebih lanjut, Ahmad Taufan Damanik mengaku belum yakin terkait rekonstruksi peristiwa penembakan Brigadir J yang diurai Polri.
Sebab menurut Ahmad Taufan Damanik, perlu adanya barang bukti yang kuat guna menyelidiki kasus kematian perwira asal Jambi itu.
"Saya katakan berkali-kali, saya belum begitu meyakini konstruksi peristiwa yang dibuat oleh penyidik sekarang karena masih sangat bergantung pada keterangan demi keterangan. Mestinya didukung oleh alat bukti lain," ujar Ahmad Taufan Damanik.
"Pak Taufan mengatakan bahwa (Penembak Brigadir J) tidak mungkin cuma satu?" tanya Rosi sekali lagi.
"Pasti tidak satu," tegas Ahmad Taufan Damanik.
"Richard juga mengatakan Sambo menembak. Anda mengatakan bisa lebih dari dua penembak. Dan dalam hal ini anda mengatakan bisa ibu Putri?" tanya Rosi.
"Saya enggak mengatakan begitu, karena ada orang lain di situ. Kita dorong penyidik untuk mendalami, jangan terbatas keterangan semata-mata," ungkap Ahmad Taufan Damanik.
Uraian yang disampaikan Ahmad Taufan Damanik itu nyatanya berbeda dari rekonstruksi yang dijalani penyidik Polri beberapa waktu lalu kepada lima tersangka.
Yakni Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bharada E, Bripka RR, dan Kuat Maruf.
Sebab dalam rekonstruksi yang dilakukan para tersangka, tidak diperlihatkan adegan Putri Candrawathi ada di ruang tamu tempat Brigadir J dihabisi nyawanya.
Berdasarkan video animasi yang dibuat Polri, Putri Candrawathi diduga ada di kamar lantai atas saat peristiwa penembakan Brigadir J berlangsung.
Putri Candrawathi pun kembali dijemput untuk kembali ke rumahnya di Jalan Saguling III oleh Ferdy Sambo usai Brigadir J tewas.