Selain tak etis, ujar Leka, ulah mereka juga sangat mengganggu upaya evakuasi dan distribusi bantuan.
"Jadi terhambat, bantuan tidak masuk ke desa terdampak. Di sini banyak yang belum mendapat bantuan pada hari pertama dan kedua pascabencana gempa. Baru di hari keempat, pendistribusian bantuan terpenuhi," ujarnya.
Ganggu Evakuasi dan Distribusi Bantuan
Kepala BNPB, Suharyanto, mengatakan banyak lokasi yang terdampak gempa di Cianjur jadi sulit untuk dilalui karena banyak warga yang berbondong-bondong datang ke lokasi bencana.
"Ini bencananya, lokasinya 15 kecamatan, banyak jalannya kecil-kecil, tempatnya terpencil, sehingga kalau masyarakat datang sendiri berbondong-bondong ke sana, tentu saja ini membuat jalanan macet, membuat program-program dan kegiatan penanganan pengungsi, pendistribusian logistik, ini terhambat," katanya.
Ia meminta siapapun yang tidak berkepentingan untuk sementara tidak datang dulu ke lokasi bencana karena akan mengganggu penanganan di sana.
"Kalau datang ke daerah bencana dengan tujuan membantu silakan. Bencana ini bukan untuk dilihat, bukan menjadi tempat wisata, tetapi bencana ini adalah sesuatu yang harus dipecahkan bersama," kata Suharyanto.
Pemberian bantuan, ujar Suharyanto, sebaiknya dilakukan terpusat melalui posko utama. "Jangan sendiri-sendiri ke tempat lokasi," ucap Suharyanto.
Baca artikel lainnya dari TribunJakarta.com di Google News
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Cianjur Jadi Wisata Bencana, Selfie di Mobil Sampai Turun Cuma Mau Moto Jenazah yang Belum Diangkat