Tak heran, aroma kencing tikus itu sangat menusuk hidung. Sebab, sejumlah tikus berlari-lari di atas kasur Mak Mben.
Seekor tikus lalu bersembunyi di dalam tumpukan baju seabrek-abrek di kasur itu yang sudah menjadi sarangnya.
Suara cicitan tikus kerap kali terdengar saat saya bertemu dengan Mak Mben yang terkulai lemah di kasur.
Maka tak heran, sehari-hari Mak Mben tertidur bersama tikus-tikus itu.
Betapa kondisi tersebut sangat tak menyehatkan bagi tubuh Mak Mben yang sudah sepuh.
Sulit rasanya untuk melihat seluruh ruangan saat mengedar pandang ke sekitar ruangan itu. Sebab, ruangan itu betul-betul minim pencahayaan.
Terlihat dalam keremangan cahaya, seekor kecoak berjalan menggerayangi baju Mak Mben yang tergantung di dinding.
Lantai rumahnya pun tak lagi terlihat lantaran tertutup timbunan tanah dan kayu yang lapuk.
Kamar mandi Mak Mben sama saja. Penuh dengan sampah plastik dan bungkus makanan yang berserakan. Kamar mandi itu pun tak berlantai.
Kondisi rumah Mak Mben begitu memprihatinkan. Sungguh tak layak sama sekali untuk dihuni!
Mak Mben betul-betul butuh uluran pemerintah saat ini.
Bukan saja karena hidupnya yang sebatang kara, tetapi karena di penghujung usianya ia tak memiliki cukup pemasukan.
Untuk biaya listrik dan air saja, Mak Mben kerap menunggak.
Tetangga Mak Mben bernama Mega lah yang menalangi seluruh biaya Mak Mben.
"Air ledeng Mak Mben ada tunggakan, kalau listrik saya sempat bayarin. Dia sudah enggak bisa bayar listrik dan air. Enggak ada pemasukan sama sekali," kata Mega.