Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Momen Ramadan dan Lebaran tahun 2023 ini dirasakan berbeda oleh para pedagang pakaian bekas impor atau thrifting di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat.
Padahal, biasanya momen seperti saat ini adalah paling dinantikan oleh para pedagang pakaian bekas di Pasar Senen.
Pantauan TribunJakarta.com, suasana di Pasar Senen Blok III hari ini, Kamis (20/4/2023) memang terlihat lebih ramai dibandingkan saat awal Ramadan lalu.
Namun bagi para pedagang, jumlah pengunjung seperti hari ini masih relatif kecil jika dibandingkan momen jelang Lebaran tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga: "Huuu," Seru Pedagang Pasar Senen Beri Syok Terapi ke Zulhas Saat Jelaskan Larangan Baju Thrifting
Baca juga: Pemerintah Bakar Ribuan Balepress Pakaian Bekas Impor Senilai Rp80 Miliar di Cikarang
Biasanya, kata salah satu pedagang, bila jelang Lebaran maka suasana di pusat pakaian thrifting sudah penuh sesak sejak pagi sampai sore.
Hal itu terjadi mulai dari minggu kedua Ramadan sampai menjelang Lebaran.
Tapi, karena adanya larangan impor untuk pakaian bekas yang digaungkan Menteri Perdagangan membuat penjualan thrifting saat ini tak sebaik biasanya di saat jelang Lebaran.
"Jelang Lebaran omzet atau hasil penjualan anjlok. Rata-rata para pedagang banyak yang pada mengeluh," kata Praseno selaku salah satu pedagang thrifting di Pasar Senen Blok III.
Baca juga: Singgung Jumlah Pesepeda di Jakarta, PDIP Bela Heru Budi soal Polemik Pembongkaran Jalur Sepeda
Praseno membenarkan lesunya penjualan karena adanya larangan impor pakaian bekas yang digaungkan pemerintah saat jelang bulan Ramadan dan Lebaran.
"Hal ini tentu dampak dari penyitaan, penyegelan dan pembakaran bal berisi pakaian thrifting beberapa waktu yang lalu tanpa ada pemberitahuan dan sosialisasi sebelumnya," kata Praseno.
Saat ini para pedagang juga hanya diperbolehkan berjualan sampai stok dagangan mereka habis.
Hal itu mengakibatkan pilihan barang di tiap toko menjadi terbatas dan harga sedikit alami kenaikan.
"Sementara di sisi lain daya beli masyarakat menengah ke bawah masih rendah.
Ditambah barang-barang kebutuhan jelang Lebaran semua rata-rata sudah pada merangkak naik," kata dia.
Baca juga: Lippo Cikarang Catat Pendapatan Rp1,27 Triliun, Penjualan Rumah Tapak Jadi Kontributor Utama
Praseno pun menilai anjloknya omzet para pedagang thrifting karena kebijakan sembrono dari pemerintah sehingga para pedagang yang terkena dampaknya.
"Jadi, itulah dampak dari kebijakan yang tergesa-gesa dan momennya tidak tepat sehingga rakyat kecil yang merasakan dampaknya," kata dia.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News