Hasil kunjungan petugas Sudinsos Jakut, ditemukan juga laporan bahwa Putri sering mengamuk dan meresahkan masyarakat akhir-akhir ini.
Petugas kemudian memberikan bantuan pelayanan berupa pendampingan untuk merujuk Putri tersebut ke RSKD Duren Sawit dan Panti Sosial Provinsi DKI Jakarta.
Namun, warga di lokasi disebutkan menolak penjemputan Putri ke panti.
"Menurut keterangan Ibu Ramlah bahwa untuk saat ini masyarakat setempat menolak Bantuan Pelayanan Sosial dari Suku Dinas Sosial Jakarta Utara dikarenakan PPKS tersebut sudah dibantu oleh pihak Lambaga Masyarakat," tandas Kasudin.
Diduga Depresi Ditinggal Wafat Ibunda
Adapun meski rumahnya reyot dan tanpa listrik, Putri tetap betah tinggal di dalamnya selama bertahun-tahun.
Hal ini diduga karena wanita paruh baya tersebut mengalami depresi usai ditinggal mati ibundanya.
Sebelum sebatang kara, Putri sekeluarga sudah menempati rumah nomor E-13 itu sejak tahun 1984.
Putri menempati rumah itu berempat bersama sang ayah, ibu, dan seorang pembantu.
Perubahan drastis dari kondisi kejiwaan Putri terlihat setelah ibunya wafat di tahun 2015.
Putri mulai tak mempedulikan kondisi rumahnya sehingga lama kelamaan hancur dimakan zaman.
"Belum lama berapa tahun yang lalu, tahun berapa ya udah hancur, tahun 2015 ibunya meninggal belum (hancur), mungkin mulai 2019 kali ya," ucap Ramlah saat ditemui di lokasi, Minggu (23/7/2023).
Menurut Ramlah, Putri mulai sering melantur semenjak ditinggal mati ibunya selepas tahun 2015.
Putri mulai sering melantur dan membual, sehingga membuat tetangganya makin meyakini wanita itu depresi.
"Pertama masih bagaimana gitu, paling kalo datang, saya tanya, kamu ngapain, dia jawab lagi ngobrol sama bapak, padahal bapaknya sudah nggak ada," ucap Ramlah.
"Itu saya curiga kan, dia bilang bapak di pojok," sambungnya.