TRIBUNJAKARTA.COM - Dedi Mulyadi, keheranan dengan pernyataan Polda Jawa Barat (Jabar) yang menyatakan bahwa dua dari tiga daftar pencarian orang (DPO) itu fiktif.
Padahal, peran dua DPO tersebut tertuang jelas dalam isi putusan.
Ketika dua DPO tersebut dinyatakan fiktif, maka perkara pembunuhan dua sejoli itu harus digugurkan.
"Seharusnya kalau pada waras, peristiwa itu tidak bisa dilanjutkan," ujar Dedi dikutip dari Channel Youtube-nya.
Dedi memiliki beberapa alasan kasus ini harus diberhentikan.
"Eky jadi korban pembunuhan karena dipukul pakai balok. Yang pukul balok adalah Dani. Kemudian Daninya dihilangkan oleh Polda. Pembunuhan itu tidak ada (seharusnya)," kata Dedi.
"Saya misalnya dituduh ya membunuh. Dia yang memukul korban sampai jatuh, pecah kepalanya itu. Dia nya oleh polisi dinyatakan tidak pernah ada, berarti saya ketemu bapak sudah dalam keadaan terbunuh oleh jin.
Kemudian, dalam isi putusan, korban Vina menjadi korban pemerkosaan.
Diceritakan bahwa celana korban dipelorotkan oleh Andi, salah satu DPO lainnya.
Namun, Andi dinyatakan tidak ada oleh polisi.
"Berarti dia celananya merosot sendiri?" tanya Dedi heran.
Terakhir, hal yang membuat Dedi yakin peristiwa ini harus digugurkan ketika korban Vina dan Eky dibawa oleh Andi dan Dani menuju Jembatan Talun.
Akan tetapi, kedua DPO itu dinyatakan fiktif.
"Orang yang bawanya sudah dianggap tidak ada. Berarti, itu dua korban datang dari TKP (pembunuhan) ke flyover itu dibawa oleh jin infrit," pungkasnya.
Irjen Purn Polri sebut kasus Vina janggal