"Enggak melanggar HAM. Kan enggak disiksa, di sana juga malah dikasih ilmu. Malah dikasih pelatihan yang lebih bagus. Kalau yang melanggar HAM tuh lebih ke koruptor. Itu tangkep yang begitu," jawabnya.
Sofiyah juga heran dengan Adhel yang mengkritik kebijakan Dedi Mulyadi itu.
Sebab, program barak militer tersebut baru saja berjalan.
"Segala sesuatu itu ada prosesnya, jangan kontra dulu. Kita tunggu program itu berproses. Begitu enggak ada perubahan, baru komplen. Ini baru proses belum ada hasil, kenapa sudah dilaporkan," ujarnya.
Sofiyah menanyakan apa solusi terhadap anak nakal kepada Adhel jika tak setuju program Dedi Mulyadi tersebut.
"Coba solusinya menurut bapak itu gimana? Terutama anak-anak yang tawuran," kata Sofiyah.
Adhel menerangkan bahwa anak yang nakal itu disebabkan karena lingkungan sehingga orang tua harus turut campur membimbingnya bukan dimasukkan ke barak militer.
"Anak nakal itu pasti disebabkan oleh lingkungan, enggak mungkin anak sudah ditakdirkan nakal enggak ada. Anak nakal bandel dan sebagainya karena bentukan lingkungan, baik itu medsos dan lingkungan sekitar. Tanpa filter dari orang tua," jawab Adhel.
Namun, Sofiyah meminta agar Adhel bersabar menunggu program yang baru digagas itu untuk berjalan.
Sebab, program tersebut masih baru berlangsung.
"Tapi kan belum ada hasilnya juga," kata Sofiyah kepada Adhel.
"Berarti anak jadi kelinci percobaan bu, enggak boleh anak jadi kelinci percobaan. Kalau gagal gimana? Enggak bisa," balas Adhel.
Sofiyah membantahnya.
Ia menyebut program tersebut dinilai bagus karena selama ini tidak ada penanganan untuk anak-anak yang terlibat tawuran dan narkoba kecuali diserahkan ke pihak kepolisian.
"Itu bukan buat kelinci percobaan. Terus kayak negara ini anak yang tawuran selama ini harus ke mana?" kata Sofiyah.