Viral di Media Sosial

Profil Hasan Nasbi yang Kritik 'Gaya Koboi' Menkeu Purbaya, Komisaris Pertamina Berharta Rp41 Miliar

Profil Mantan Kepala Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) Hasan Nasbi yang mengkritik gaya 'koboi' Purbaya.

Tribunnews/ Kompas.com
PROFIL HASAN NASBI - Terkuak profil Mantan Kepala Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) Hasan Nasbi yang mengkritik gaya 'koboi' Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Terkuak profil Mantan Kepala Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) Hasan Nasbi yang mengkritik gaya 'koboi' Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.

Setelah dicopot sebagai PCO saat Presiden Prabowo Subianto melakukan reshuffle Kabinet Merah Putih, pada Rabu (17/9/2025), Hasan Nasbi ditunjuk sebagai komisaris Pertamina.

Hasan Nasbi menjabar sebagai Komisaris Pertamina per 11 September 2025.

Hasan Nasbi merupakan sosok pengamat dan konsultan politik asal Bukittinggi, Sumatera Barat. 

Pria kelahiran 1979 ini diketahui memiliki trah keturunan dari tokoh cendikiawan dan ulama Indonesia, yakni mendiang Buya Syafii Maarif. 

Hasan Nasbi pernah mengenyam pendidikan di SMA 2 Bukittinggi dan melanjutkan kuliah ke Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI).

Ia juga pernah menjadi wartawan pada 2005-2006.

 Pada 2006-2008, Hasan Nasbi bekerja sebagai peneliti di Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia. 

Hingga akhirnya, ia mendirikan lembaga survei Cyrus Network. 

Dalam perjalanannya sebagai konsultan politik, nama Hasan Nasbi melejit ketika menjadi konsultan politik Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada Pilkada 2012 Jakarta. 

Kala itu, Hasan Nasbi sukses membantu mengantarkan Jokowi-Ahok menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta. 

Pada 2017, nama Hasan Nasbi juga menjadi perbincangan karena ia menjadi inisiator berdirinya Teman Ahok, organisasi relawan Ahok pada Pilkada 2017 Jakarta yang maju secara independen. 

Ia juga menjadi pemodal awal organisasi ini.

 Namun, ia menolak bahwa lembaganya, Cyrus Network, sebagai pihak yang memodali Teman Ahok. 

Sebab, dana yang disumbangkan berasal dari uang pribadinya.

"Jadi, uang saya pribadi, bukan Cyrus," kata dia, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Kamis (17/3/2016). 

Pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Hasan Nasbi mendukung pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin. 

Sementara pada Pilpres 2024, ia mendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. 

Bahkan, Hasan Nasbi masuk dalam Tim Kampanye Prabowo-Gibran dengan jabatan sebagai juru bicara.

Selama Pilpres 2024, ia sering tampil di televisi nasional maupun podcast, baik dalam rangka debat maupun menyampaikan gagasan mengenai program Prabowo-Gibran.

Harta Kekayaan

Hasan Nasbi melaporkan harta kekayaannya pada 9 Desember 2024 lalu.

Berdasarkan data dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang diterbitkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Hasan memiliki kekayaan sebesar Rp41.336.616.257 (Rp41,3 miliar).

Kekayaan itu terbagi ke sejumlah aset, yang pertama adalah tanah dan bangunan dengan total nilai mencapai Rp13.967.787.329.

Kemudian, ada aset berupa alat transportasi dan mesin berupa lima mobil dan satu motor, yaitu mobil BMW X5 tahun 2022 (Rp1.200.000.000), mobil Honda HRV tahun 2022 (Rp270.000.000), mobil Toyota Hiace tahun 2018 (Rp420.000.000), mobil Mini Cooper S Hatch A/T tahun 2022 (Rp899.000.000), mobil Mercedes-Benz G 63 AT tahun 2023 (Rp6.713.382.499), dan motor Honda Beat tahun 2021 (Rp13.000.000).

Hasan juga tertulis memiliki aset kas dan setara kas sebanyak Rp17.694.186.518 serta harta lainnya sebanyak Rp735.000.000.

Selain itu, pria kelahiran Bukittinggi itu tercatat memiliki utang senilai Rp575.740.089.

Sebagai informasi, jumlah Komisaris Pertamina saat ini menjadi delapan orang, di antaranya Sudung Situmorang, Ahmad Erani Yustika, Panel Barus, Rini Widyastuti, Andy Rachmianto, Tina Talisa, Siti Zahra Aghnia, dan Hasan Nasbi.

Kritik Hasan Nasbi ke Purbaya

Dalam akun YouTube pribadinya, Hasan Nasbi menilai Purbaya harusnya tidak perlu terlalu dalam mencampuri urusan kementerian lain.

Menurutnya, hal ini justru akan memicu munculnya perspektif publik tentang pemerintahan yang tidak solid.

"Saya merasa beliau (Purbaya) harusnya sadar dan menahan diri untuk kemudian tidak saling silang sengketa dengan sesama pemerintah di ruang publik. Kalau mau silang sengketa di dalam saja. Kalau di luar nanti publik terhibur seolah-olah dukung kita (masyarakat), tapi dalam jangka waktu yang panjang publik akan merasa 'oh ini pemerintah gampang di pecah belah, pemerintah gampang diadu domba, gampang digergaji nih."

"Kenapa? suplay aja ke Pak Purbaya terus, interview aja ke Pak Purbaya terus. Hari ini si A kena setrum, besok si B kena sengat, besok si C kena bakar, besok si D kena setrap gitu. Kalau lama-lama dibiarkan seperti itu, pemerintah ini akan saling baku tikam satu-sama lain di depan publik," ungkap Hasan Nasbi dalam akun YouTubenya.

Hasan Nasbi pun meminta agar Purbaya berfokus pada program pemerintah berjalan dengan efektif.

"Jadi ada plus minus, sekarang kita fokusnya melaksanakan program pemerintah dengan efektif atau ingin mengintertain (menghibur) publik dengan tontonan dari pemerintah. Silakan pilihannya yang mana, saya kan bukan orang pemerintahan lagi," ungkap Hasan Nasbi.

BERITA TERKAIT

Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved