Polemik SDUWHV Australia 2025
Dulu Tak Seganas Sekarang: Kisah Mereka yang Sukses Peroleh Visa Libur Sambil Kerja di Australia
Pengalaman dapatkan visa liburan sambil bekerja di Australia kini beda jauh. Dua peserta yang sukses cerita cara dapat SDUWHV, Senin (3/11/2025).
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Pengalaman mendapatkan Surat Dukungan untuk Work and Holiday Visa (SDUWHV) Australia atau visa liburan sambil bekerja kini berbeda jauh antara mereka yang berhasil beberapa tahun lalu dengan peserta tahun ini.
Di tengah tingginya minat, sejumlah pemohon 2025 justru gagal mengakses sistem, sementara mereka yang sukses sebelumnya menceritakan strategi dan keberuntungan yang memungkinkan mereka mendapatkan visa liburan-kerja tanpa kendala.
Ilham (27) dan istrinya Nindy (28), keduanya warga Jakarta yang kini bekerja di pabrik daging di Warrnambool, Victoria, menceritakan pengalaman mereka saat mendapatkan WHV pada 2022 dan 2023.
Ilham menceritakan, proses pendaftaran batch-nya tetap menemui kesulitan lada saat mengakses situs.
Tapi, semua itu masih bisa diatasi dengan kesabaran serta teknik memuat ulang situs secara berkala.
"Itu harus refresh, tunggu 5-10 menit, pas masuk pun kendalanya pun sama, pas upload dokumen dan yang lain, masalah teknis, itu nggak upload-upload, akhirnya bisa dengan segala macam refresh," katanya saat diwawancarai TribunJakarta.com secara daring, dikutip Senin (3/11/2025).
Ia menambahkan, pada tahun itu yang didapat bukan langsung surat dukungan, melainkan jadwal wawancara SDUWHV yang dibagi dalam lima hari berbeda.
Kuota batch-nya sekitar 3.000 orang, dan dalam setahun terdapat tiga batch pendaftaran.
Di sisi lain, Nindy yang memperoleh visa Australia di tahun 2023 punya siasatnya sendiri untuk bisa menang "war" SDUWHV.
Ketika banyak peserta lain berebut akses di warnet, Nindy memilih mengikuti "war" di tempat yang jarang terpikirkan.
"Gua war di hotel, gua ke Bobobox yang pada saat itu hanya dua orang yang nginep, ada satu orang sendiri, sama gua," ucap Nindy.
Dengan kondisi saat itu yang sepi penghuni, hotel kapsul yang disewa Nindy akhirnya memiliki koneksi internet yang kencang dan lancar.
Lewat strategi ini, ia bisa menyiapkan dokumen, mengakses situs tanpa gangguan, dan akhirnya berhasil submit dalam satu kesempatan tanpa kendala.
"Jadi itu siasatnya, bener-bener tanpa kendala, refresh pun nggak ada, one shot," ungkapnya.
Jika Ilham dan Nindy berhasil menghadapi pengajuan surat dukungan visa tanpa kendala yang berarti, situasi tahun 2025 berbeda jauh.
Alexander Siahaan, salah satu pemohon, mengeluhkan situs Ditjen Imigrasi tidak bisa diakses sejak pagi pembukaan pada 15 Oktober.
Menurut Alexander, ia sudah memantau pembukaan jadwal pengajuan itu sejak pagi hari, namun situs itu merespons dengan sangat lambat ketika dirinya hendak mengisi data-data yang diperlukan.
"Saat itu memang sudah banget, jadi kita diminta klik untuk login dan memasukkan data-data, tapi berjam-jam itu nggak bisa-bisa," ungkap Alexander, Rabu (22/10/2025).
Hardy, pemohon asal Tangerang, juga menyayangkan sistem yang tampak tidak transparan.
Ia menghadapi kesulitan mengakses situs Ditjen Imigrasi saat pendaftaran dibuka dua kali, 15 dan 17 Oktober.
"Entah mengapa kita nggak bisa login sama sekali, tombol login-nya aja hilang. Tapi di live Instagram, mereka bilang sudah ada yang berhasil submit dan bahkan terbit SDUWHV-nya. Kita semua di grup bingung, karena nggak ada satu pun yang bisa masuk," ungkap Hardy.
Masalah berlanjut hingga sore hari, ketika situs ditutup tanpa ada kejelasan dari pihak Ditjen Imigrasi.
Menurut Hardy, kondisi ini mengingatkan banyak peserta pada kejadian serupa tahun 2023 lalu.
Hardy juga menyebut, pada hari pembukaan 15 Oktober itu, ada segelintir peserta yang mengaku sempat bisa mengunggah dokumen.
Namun, sistem kembali berubah tanpa pemberitahuan, termasuk adanya persyaratan terkait minimal saldo rekening yang tiba-tiba berubah sepihak.
"Saat itu beberapa peserta sempat bisa upload berkas, tapi tiba-tiba aturan berubah. Misalnya bukti saldo rekening yang awalnya minimal 5.000 dolar Australia, atau sekitar Rp 54 juta, tiba-tiba sistem menolak karena saldo di bawah Rp 60 juta. Jadi ada perubahan sepihak tanpa pemberitahuan apa pun," kata dia.
Kendala serupa juga terjadi pada pembukaan ulang pengajuan SDUWHV pada Jumat, 17 Oktober 2025.
Di saat situs Ditjen Imigrasi masih down dan tidak bisa diakses mayoritas peserta, sejumlah orang justru melaporkan menerima email berjudul "Pengingat Pengisian Formulir SDUWHV".
Dalam email itu, penerima diminta segera melanjutkan pengisian formulir dengan batas waktu 15 menit sejak pesan diterima.
Namun, tidak semua pemohon mendapatkan email tersebut, sehingga menimbulkan dugaan sistem yang tidak adil atau adanya pemilihan acak alias random pick yang kemudian dianggap tidak transparan.
Sejumlah tangkapan layar yang beredar di grup Telegram dan WhatsApp peserta menunjukkan waktu pengiriman email berbeda-beda.
Beberapa penerima bahkan mengaku baru menyadari email itu setelah lewat batas waktu, sementara peserta lain sama sekali tidak menerimanya.
Plt. Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, Yuldi Yusman, sempat mengeluarkan klarifikasi terkait keluhan para pemohon SDUWHV Oktober 2025 melalui akun Instagram Ditjen Imigrasi, @ditjen_imigrasi.
"Kami memohon maaf kepada seluruh pemohon atas ketidaknyamanan yang terjadi. Kami berkomitmen untuk segera melakukan pemulihan, dengan mendengarkan aspirasi para pemohon," ucap Yuldi.
Ditjen Imigrasi menyebut lonjakan akses hingga 1,4 juta klik menyebabkan downtime pada 15 Oktober, sementara kapasitas server telah ditingkatkan 10 kali lipat untuk pengajuan ulang pada 17 Oktober.
Pengajuan tetap diawasi oleh Ombudsman RI dan Inspektorat Jenderal Imigrasi, dan masyarakat diminta melapor jika ada pihak yang mengaku bisa meloloskan permohonan di luar prosedur resmi.
Berita Terkait
- Baca juga: Kisruh Pengajuan SDUWHV Australia 2025, Pemohon Keluhkan Situs Eror hingga Dugaan Manipulasi Sistem
- Baca juga: Masjid Istiqlal Jadi Panggung Diplomasi, Tokoh Perempuan Indonesia–Australia Bahas Toleransi
- Baca juga: 3 Fakta Terbaru Soal Penembakan 2 WNA Australia di Bali, Salah Satu Pelaku Diamankan di Luar Negeri
Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/SULIT-AKSES-Seorang-pemohon-di-Jakarta-Polemik-pengajuan-SDUWHV.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.