Pakar Teknologi Amerika Isi Workshop Redea Institute, Anak Dilatih Berpikir Digital

Redea Institute menggelar Parent Workshop bertajuk Membesarkan Pemikir Digital: Membantu Anak Berkembang di Era AI.

Penulis: Annas Furqon Hakim | Editor: Wahyu Septiana
Istimewa
ANAK BERPIKIR DIGITAL - Redea Institute yang menaungi HighScope Indonesia Institute menggelar Parent Workshop bertajuk "Membesarkan Pemikir Digital: Membantu Anak Berkembang di Era AI" 

TRIBUNJAKARTA.COM, SETIABUDI - Research & Development for Advancement (Redea) Institute yang menaungi HighScope Indonesia Institute menggelar Parent Workshop bertajuk "Membesarkan Pemikir Digital: Membantu Anak Berkembang di Era AI".

Ken Shelton, seorang ahli teknologi pendidikan dari Amerika Serikat dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, dihadirkan dalam workshop tersebut.

Shelton mrngatakan, saat ini anak-anak tumbuh di masa ketika AI sudah menjadi hal biasa, mulai dari chatbot hingga sistem personalisasi digital.

"Versi AI saat ini adalah versi terburuk yang akan pernah ada. Generasi mereka akan hidup berdampingan dengan teknologi yang jauh lebih maju dibandingkan yang kita lihat hari ini," kata Shelton, Kamis (20/11/2025).

Shelton mengajak orang tua dan tenaga pendidik untuk melihat pendidikan AI bukan sebagai ancaman, melainkan literasi baru yang sama pentingnya dengan membaca, menulis, dan berhitung.

"AI tidak seharusnya menjadi penghalang belajar, justru hadir sebagai sarana yang menuntun siswa merumuskan pertanyaan yang tepat dan menggali pengetahuan lebih dalam," ujar dia.

Dalam pembukaan workshop, tim Redea Institute menekankan bahwa literasi AI merupakan bagian penting dari tujuan utama pembelajaran, yakni membentuk generasi pemimpin yang memiliki regulasi diri kuat dan pandangan ke depan bagi masyarakat.

Shelton juga mengajak para orang tua untuk eksperimen langsung tentang bias algoritmik, ketika Redea Institute menunjukkan bagaimana model bahasa besar dapat menghasilkan jawaban yang bias baik secara geopolitik maupun sosial.

Banyak Dibaca:

"AI bukan otoritas kebenaran. Kitalah yang memegang otoritas itu. Tugas kita adalah bertanya, memverifikasi, dan mengajarkan anak melakukan hal yang sama," ujar Shelton.

"Generasi pelajar hari ini tidak akan pernah hidup di dunia tanpa kehadiran AI,"imbuh dia.

Para orang tua yang hadir, baik secara luring maupun daring, menyampaikan beragam harapan dan kekhawatiran terkait penggunaan AI dalam kehidupan anak-anak. 

Banyak yang berharap teknologi ini dapat memperkuat proses berpikir, meningkatkan produktivitas, serta membantu siswa belajar lebih efisien tanpa menggantikan peran pemikiran manusia.

Di sisi lain, muncul pula sejumlah kekhawatiran, mulai dari risiko ketergantungan, potensi penyalahgunaan untuk menyontek, hingga ancaman disinformasi.

"Salah satu tugas institusi pendidikan adalah membentuk pola pikir yang membantu siswa mampu mengajukan pertanyaan yang tepat dan memverifikasi informasi, sehingga mereka dapat membedakan fakta dari hoaks di tengah arus informasi digital yang masif," kata pendiri dan CEO Redea Institute Antarina SF Amir.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh orangtua dan guru yang telah berpartisipasi dalam lokakarya ini.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved