Panas PSI Vs NasDem: Kaesang Tantang di Pemilu, Mori Hanafi 'Serang' Jokowi Sebut Rezim Jahat

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sedang panas dengan Partai Nasional Demokrat (Nasdem).

Website PSI dan NasDem
PSI VS NASDEM - Kolase Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep dan Ketua Umum NasDem Surya Paloh. PSI dan NasDem sedang panas hingga berpolemik di publik. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sedang panas dengan Partai Nasional Demokrat (Nasdem).

Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep berani menantang partai besutan Surya Paloh di Pemilu yang akan datang, 2029.

Sementara, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) NasDem Nusa Tenggara Barat (NasDem), Mori Hanafi, berkoar di DPR.

Anggota Komisi V DPR RI itu menyebut rezim Presiden ke-7 RI yang kini jadi motor politik utama PSI, Jokowi, jahat.

Target Kalahkan NasDem

Ketua Harian PSI, Ahmad Ali menarget mantan partainya, NasDem untuk dikalahkan pada Pemilu 2029 mendatang.

Ali menyebutkan, dirinya merupakan orang yang paling rugi jika PSI kalah dari Nasdem.

"Siap bertanding. Dan saya harus memenangkan. PSI harus menang dari Nasdem, se-Indonesia," kata Ali di usai pra-rapat kerja wilayah PSI Jawa Barat di Purwakarta, Jumat (14/11/2025), dikutip dari Kompas.com.

"Saya pasti orang yang paling merugi. Kalau kemudian ketika saya kalah dari Nasdem," imbuh dia.

Pernyataan Ahmad Ali juga diperkuat sang ketua umum partai gajah, Kaesang dalam Rakorwil PSI Se-Sulteng di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Rabu (19/11/2025).

"Sebelum kita menuju 2029, kita akan menghadapi yang namanya verifikasi. Jadi saya minta tolong kepada seluruh jajaran pengurus di tingkat DPW, DPD, DPC, maupun nanti kalau sudah ada DPRT-nya, saya minta tolong strukturnya dibuat sebaik mungkin. Harus lebih baik dari partainya punyanya Pak Ahmad Ali sebelumnya (Nasdem)," ujar Kaesang dalam Rakorwil PSI Se-Sulteng di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Rabu (19/11/2025), dikutip dari Kompas.com.

Kaesang mengatakan, Ahmad Ali yang baru saja pindah dari Nasdem ke PSI pasti juga memiliki target tersendiri, yakni memenangkan PSI di Sulawesi Tengah.

Bungsu Jokowi itu ingin PSI dapat mengirimkan anggota DPR dari Sulawesi Tengah dan menempatkan kadernya sebagai gubernur Sulawesi Tengah.

"2029 insya Allah nanti kita akan punya anggota dewan di Senayan dari Sulawesi Tengah. Tingkat provinsi bisa menjadi pemenang, yang di mana insya Allah kita bisa memajukan gubernur kita sendiri nanti di pilkada selanjutnya," kata dia.

Sebut Rezim Jokowi Jahat

Sementara itu, Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi NasDem, Mori Hanafi, membongkar borok kebijakan Jokowi semasa menjabat presiden di sekor infrastruktur.

Ia  mengungkapkan, sejumlah bendungan yang dibangun di era Jokowi tidak berfungsi.

Bendungan tidak disertai dengan irigasi yang memadai hingga tak cukup bermanfaat mengairi sawah yang banyak.

Hal itu disampaikan Mori saat bicara di rapat kerja Komisi V dengan Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, di Kompleks Parlemen DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (18/11/2025).\

"Terkait dengan bendungan, Pak. Izin saya mau sampaikan begini, Pak. Bendungan ini, Pak, banyak dibangun di zaman Pak Jokowi, Pak. Tapi hampir semua bendungan yang dibangun di era Pak Jokowi itu enggak habis dipakai sampai sekarang, Pak. Enggak fungsi, Pak. Enggak ada jaringan irigasinya," kata Mori.

Mori bahkan tidak segan-segan menyebut rezim Jokowi jahat karena membangun bendungan berorientasi proyek semata.

Bahkan, kata Mori, tanah yang digunakan untuk membangun bendungan pun bermasalah.

"Pak, di Bendungan Tanjung yang Bapak datangi itu, Pak. Bapak bayangkan kita keluar duit satu koma sekian triliun, Pak, ada dua bendungan, Pak, sampai sekarang enggak bisa dipakai dan tanahnya bermasalah."

"Betul kata Pak Dirjen, saya begitu datang, Pak, langsung, Pak, ditumpukin sertifikat sama masyarakat."

"Menurut saya, Pak, menurut pandangan saya, rezim yang lama itu jahat. Loh, dia bangun itu kan orang baru tahu urusan proyek, Pak. Itu, Pak, pendekatannya pendekatan proyek, Pak. Dia enggak peduli itu barang enggak bisa dipakai, bisa kita bayangkan itu, Pak," tegas Mori.

Mori memaparkan kondisi bendungan yang dibangun di era Jokowi agar jangan diulangi pada era Presiden Prabowo Subianto.

"Nah, ke depan, Pak Menteri, Bapak harus selektif, Pak. Karena bendungan ini, izin, Pak, saya sudah hitung ini, bendungan itu mahal Pak. Bayangan Bendungan Tanju itu habis Rp 1,4 triliun hanya mengairi 2.250 hektar sawah. Kalau Bapak hitung berapa? Belum termasuk jaringan irigasinya. Kecuali Bapak bisa kaitkan bendungan itu untuk satu termasuk pengendalian banjir di situ, dua bisa masuk spam di situ, tiga bisa masuk perikanan di situ, empat bisa masuk untuk pariwisata Pak Menteri bisa Pak ada kenilaian ekonomisnya Pak."

"Tapi kalau cuma Bapak bangun bendungan, habis itu lagi Bapak bangun irigasinya, coba Bapak hitung, Pak, berapa habis uang kita, Pak? Belum lagi pemeliharaannya akibat sedimentasi yang begitu tinggi," paparnya.

Di sisi lain, Ketua Harian PSI, Ahmad Ali, angkat bicara menanggapi pernyataan Politikus NasDem Mori Hanafi, yang menyebut rezim Jokowi jahat.

Ali menyindir balik Mori dengan menyebut NasDem sebagai koalisi pemerintah pada era Presiden Jokowi.

"Bukannya dulu Fraksi Nasdem itu bagian daripada Pak Jokowi? Mungkin anggota DPR belum belajar juga kali ini ya. Presiden itu pengambil kebijakan ya. Terus kemudian teknisnya itu adalah PU," ujar Ali saat ditemui di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (19/11/2025), dikutip dari Kompas.com.

"Kemudian turun ke balai perencanaan, kemudian gubernur itu ada kerja bersama. Terus kalau membangun bendungan, terus fungsionalnya tentunya pasti setelah bendungan selesai, akan dibangun dengan jaringan tersiernya. Akan dibangun dengan persawahannya," sambungnya.

Ali bertanya-tanya kenapa Jokowi malah dituding jahat karena itu.

Dia kembali menekankan bahwa pasti ada menteri yang merencanakan teknis daripada kebijakan pembangunan bendungan di masa lalu.

"Terus kok Jokowi-nya yang jahat? Mungkin DPR-nya belum belajar kali ya. Bahwa satu rencana pembangunan itu, Presiden-nya membangun, membuat kebijakan, kemudian di tataran menteri merencanakan teknis dan lain-lain. Tapi tidak bisa direncanakan dalam satu waktu, kemudian selesai," jelas Ali.

Berita Terkait

Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved