Hendak Tangkap Ikan di Sungai, Into-Ajis Temukan Ular Piton 7 Meter Jelang Malam Tiba

Duo warga kelurahan Puuwanggudu, kecamatan Asera, Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara ini justru menemukan ular piton sepanjang 7-8 meter.

Editor: ade mayasanto
Facebook/WIDIA AGIL LABUKU
Warga di Kelurahan Puuwanggudu, Asera, Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra) lumpuhkan ular piton 7 meter yang dilihatnya di sungai. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Niat Into dan Ajis menangkap ikan berantakan pada Selasa (18/7/2018) lalu.

Duo warga kelurahan Puuwanggudu, kecamatan Asera, Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara ini justru menemukan ular piton sepanjang tujuh hingga delapan meter.

Ular sanca kembang ini muncul di sungai Wawanggo.

Tak ingin kehilangan ular tersebut, keduanya mengayunkan parang ke arah ular.

Hasilnya, sang ular piton pun lumpuh.

“Ular itu ditemukan sudah mau malam. Saat dibawa naik di darat sudah mati mi,” ujar Mita, seorang warga Puuwanggudu yang ikut menyaksikan peristiwa tersebut kepada zonasultra.com Rabu (18/7/2018) lalu.

Menurutnya, peristiwa tersebut baru pertama kali terjadi di wilyah Puuwanggudu.

Untuk diketahui, penangkapan ular ini disiarkan langsung akun Facebook bernama Asdiana As.

Ular yang terlihat sudah mati itu ditarik ke daratan oleh sejumlah warga menggunakan tali yang menjerat bagian kepalanya.

Sementara itu, pengguna akun Facebook Widia Agil Labuku juga mengunggah sejumlah foto penangkapan ular ini.

Foto diunggah pada hari yang sama dengan video yang diunggah sebelumnya.

Terlihat dalam foto, beberapa warga berpose bersama ular yang sudah tak bernyawa yang kemudian dililitkan pada sebatang kayu.

VIDEO Bajaj Ikut Bersolek Sambut Asian Games 2018 

Memangsa manusia
Ular piton atau sanca kembang ini beberapa kali memangsa manusia.

Sebelumnya diberitakan, wanita berumur 54 tahun, Wa Tiba ditemukan di dalam perut ular piton pada Jumat (15/6/2018) lalu.

Wa Tiba sebelumnya dinyatakan hilang pada Kamis (14/6/2018).

Aksi piton memangsa manusia juga terjadi pada Minggu (26/3/2017).

Kala itu petani sawit, Akbar yang menjadi korban.

Pria berusia 27 tahun tersebut dimangsa ular piton saat berada di kebun sawit desa Salubiro, kecamatan Korossa, kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.

Jasad Akbar ditemukan utuh di perut piton yang dibelah warga.

Pakar herpetologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy mengatakan, ular sanca batik memiliki nama latin Phyton reticulatus.

Menurut Amir, masyarakat di Indonesia dan Malaysia sering menggunakan kata sanca untuk menyebut ular jenis piton tersebut.

"Ular yang memangsa seorang perempuan di Sulawesi beberapa waktu lalu merupakan jenis sanca batik," kata Amir saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (16/6/2018).

Amir menjelaskan, panjang ular sanca batik dapat mencapai 10 meter dan menjadi yang terpanjang di dunia.

Kapitra Ampera Klaim Tidak Cari Kekuasaan Ketika Putuskan Jadi Caleg PDI Perjuangan

Ukuran ini melebihi panjang ular Anaconda dari sungai Amazon.

"Ular piton di daerah Sulawesi memang bisa sangat besar dan panjang karena menjadi predator tertinggi di dalam rantai makanan. Mangsanya juga mamalia besar seperti babi hutan. Hal ini membuat ukuran piton di Sulawesi berbeda dengan piton di Sumatera, karena masih ada predator lainnya seperti harimau," jelas Amir.

"Apabila di penangkaran panjang ular piton bisa mencapai 10 meter, kalau di alam liar panjangnya mencapai 7 meter," tambah Kepala Laboratorium Herpetologi Puslit Biologi LIPI tersebut.

Konflik piton dan manusia
Konflik piton dan manusia pernah terjadi di Sulewasi pada tahun 2017.

Untuk mengantisipasi peristiwa tersebut terulang, Amir mengimbau masyarakat untuk mengajak anjing saat pergi ke kebun.

"Lokasi kebun milik perempuan tersebut dekat dengan hutan dan saat itu sudah malam sehingga korban tidak mengetahui keberadaan ular. Anjing akan membantu apabila ada ancaman dari hewan liar di sekitar manusia," kata Amir.

Selain itu, masyarakat juga harus memahami bahwa piton di wilayah Sulawesi merupakan predator tertinggi dalam rantai makanan.

Sangat penting bagi masyarakat untuk turut menjaga kelestarian alam hutan agar ular tidak mencari mangsa lainnya.

"Ular piton berukuran besar biasanya memangsa babi hutan dan mamalia-mamalia besar lainnya. Piton juga mengendalikan populasi babi hutan agar tidak meresahkan masyarakat. Untuk itu, perburuan liar babi hutan akan menganggu rantai makanan dan memaksa ular mencari mangsa yang lain," terangnya.

Dicecar Soal Perceraian oleh Feni Rose,Nicky Tirta: Keputusan untuk Membahagiakan Bersama

Menurut Amir, piton merupakan jenis ular yang memiliki kemampuan adaptasi mumpuni.

"Selain berukuran panjang dan besar, kemampuan adaptasi ular ini sangat baik. Ular ini bisa bertahan hidup di tengah perkotaan dan memangsa hewan-hewan kecil seperti tikus atau ayam," katanya.

"Biasanya ular hanya bisa diam untuk mencerna makananya dan butuh waktu sekitar 1 sampai 2 minggu, tergantung besar kecil mangsanya. Asam lambung di perut ular, kadar asamnya sangat kuat untuk mengurai makanan," katanya.

Sementara itu, jumlah populasi ular sanca batik di Indonesia masih terjaga, namun ada tiga jenis lainnya yang terancam punah.

"Ada tiga jenis piton yang statusnya hewan dilindungi, yaitu Python morulus atau Sanca Bodo yang ada di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat, Condropyhton viridis atau sanca Hijau yang ada di Papua dan Pyhton timorensis atau Sanca Timur yang ada di Nusa Tenggara Timur dan Pulau Timor," paparnya.

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Piton Raksasa Berukuran 8 Meter Kejutkan Pemancing, Begini Nasib Sang Ular, http://bangka.tribunnews.com/2018/07/22/piton-raksasa-berukuran-8-meter-kejutkan-pemancing-begini-nasib-sang-ular?page=4.

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved